Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Sebelum Islam
Sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw beserta kaum Muhajirin, nama Madinah sebelumnya adalah Yastrib. Kondisi sosial masyarakat Yastrib memiliki beberapa kemiripan dengan keadaan sosial masyarakat di Makkah. Suku-suku dan kelompok masyarakat yang tinggal di sana masih suka berperang satu sama lain.
Kondisi sosial masyarakat Madinah sebelum Islam, madinah sudah memiliki dua kebudayaan yaitu kebudayaan Arab dan Yahudi. Kedua kebudayaan tersebut jelas memiliki tradisi yang berbeda. Sekalipun terdapat orang-orang Arab yang memeluk Yahudi dan terjadi hubungan perkawinan diantara mereka, tapi sikap dan pola hidup bangsa Yahudi dan bangsa Arab berbeda.
Pada mulanya, kedua bangsa tersebut berasal dari satu rumpun bangsa, yaitu ras Semit yang berpangkal dari Nabi Ibrahim As melalui dua putranya yaitu Ismail dan Ishaq. Bangsa Arab melalui keturunan Ismail dan Yahudi melalui keturunan Ishaq.
Dari kedua keturunan tersebut sama-sama berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah sehingga memiliki kebudayaan tersendiri. Disamping itu, kedua bangsa tersebut berkembang menjadi beberapa suku atau kabilah yang besar.
Kabilah-kabilah yang Berada di Madinah
1. Kabilah Aus dan KhazrajNama suku “Aus” dan “Khazraj” berasal dari nama dua orang laki-laki kakak beradik. Mereka berasal dari salah satu kabilah di Arab Selatan. Suku Aus dan Khazraj berasal dari salah satu suku besar di Yaman, yaitu suku Azd. Keturunannya terpecah menjadi dua kelompok yang saling bermusuhan dan berperang.
Perang saudara suku Aus dan Kharzaj berlangsung lebih dari 120 tahun. Kedua kelompok memiliki daerah kekuasaan sendiri di kota Madinah.
Kabilah Aus menempati wilayah dataran tinggi di selatan dan timur. Kabilah Khazraj tinggal menempati wilayah dataran rendah di tengah utara Madinah. Di belakang mereka tidak ada apapun kecuali kesunyian Hirrah Wabrah.
Kabilah Aus mendiami wilayah-wilayah pertanian yang kaya di Madinah. Mereka bertetangga dengan Kabilah-kabilah Yahudi. Sedangkan kabilah Khazraj mendiami wilayah-wilayah yang kurang subur, dan bertetangga dengan kabilah Yahudi yang besar yakni Qainuqa.
Pada tahun ke-10 dari kenabian Muhammad SAW terjadi perang saudara yang sangat hebat. Banyak pemimpin dari kedua kabilah tersebut tewas di medan perang. Pada waktu itu, kabilah Khazraj memperoleh kemenangan karena memiliki pasukan lebih banyak dari Kabilah Aus dan mendapat bantuan senjata dari bangsa Yahudi Bani Nadhir dan Bani Qainuqa. Walaupun Kabilah Aus mendapat bantuan juga dari Yahudi Bani Quraizhah.
Karena mendapat kekalahan perang, akhirnya kabilah Aus mengirim dua utusan ke Mekkah yaitu Iyas bin Mu’adz dan Anas bin Rafi. Dengan tujuan untuk meminta bantuan kepada kaum Quraisy.
Sesampainya di kota Mekkah, keduanya bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Lalu Nabi bercakap-cakap dengan keduanya dan membacakan ayat-ayat Al Quran. Ketika itu Iyas bin Mua’az tertarik dengan ajakan Nabi untuk masuk Islam. Tapi dia diingatkan oleh Anas bin Rafi tentang tujuan datang ke Mekkah.
Mereka ketemu dengan pembesar Quraisy dan menyampaikan tujuannya. Tapi permintaannya ditolak oleh kaum Quraisy karena mereka sedang sibuk mencegah tersebarnya ajaran Nabi Muhammad Saw. Akhirnya keduanya kembali lagi ke Madinah dengan tangan hampa.
Ketika keduanya sampai di Madinah, terjadi perang saudara kembali. Kali ini Kabilah Aus memperoleh kemenangan. Menurut catatan sejarah, peperangan tersebut merupakan peperangan terakhir antara kedua kabilah. Karena sudah banyak pemimpin dari kedua kabilah tersebut masuk Islam.
2. Kabilah Yahudi
Di Madinah, Bangsa Yahudi terdiri dari 3 kabilah besar yaitu, Qainuqa, Nadhir, dan Quraizhah. Jumlah laki-lakinya yang sudah baligh mencapai lebih dari dua ribu orang. laki-laki di kabilah Qainuqa’ yang biasa berperang mencapai tujuh ratus orang. Bani Nadhir mencapai tujuh ratusan orang yang terbiasa perang. Sedangkan laki-laki dari Bani Quraizhah antara tujuh ratus hingga sembilan ratus orang.
Hubungan ketiga kabilah tersebut tidak harmonis. Terkadang ketiganya terjadi perang saudara. Al-Qur’an menunjukkan bahwa permusuhan antara kaum Yahudi dengan Firman-Nya :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لاَ تَسْفِكُونَ دِمَائَكُمْ وَلاَ تَخْرِجُونَ أَنفُسَكُم مِّن دِيَارَكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ {84} ثُمَّ أَنتُمْ هَآؤُلآءِ تَقْتُلُونَ أَنفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِّنكُم مِّن دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِم بِاْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِن يَأْتُوكُمْ أُسَارَى تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَاجَزَآءُ مَن يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنكُمْ إِلاَّ خِزْيُُفيِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلىَ أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ {85}
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu) kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (Saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikan. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu Bantu-membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 84-85).
Kaum Bani Nadhir menetap di Aliyah, di lembah Bathan sejauh 2 atau 3 mil dari kota Madinah. Daerah tersebut banyak pohon kurma dan tanaman-tanaman lainnya. Bani Quraizhah mendiami wilayah Mazhur yang terletak beberapa mil di selatan Madinah. Sedangkan bani Qainuqa tinggal di dalam kota Madinah.
Mereka pindah setelah diusir oleh Bani Nadhir dan Bani Quraizhah, dari tempat mereka yang berada diluar Madinah. Bangsa Yahudi memiliki midras, yaitu tempat mereka mempelajari agama Yahudi dan sejarah rosul-rosul mereka. Mereka melahirkan ahli ilmu, ahli agama dan ahli hukum.
Bangsa Yahudi dan Bangsa Arab merupakan bangsa pendatang di kota Yasrib. Bangsa yahudi datang ke Yasrib karena situasi politik akibat penjajahan Romawi. Mereka menghindari Bangsa Romawi yang ingin membunuh dan menghancurkan mereka. Karena bangsa Yahudi dianggap sebagai pemberontak.
Mereka kebanyakan berasal dari wilayah utara, datang ke Yasrib diperkirakan pada abad ke-1 dan ke-2. Sedangkan bangsa Arab datang ke Madinah karena bencana alam akibat hancurnya bendungan Ma’arib yang dibangun pada masa kerajaan Saba’. Mereka datang ke Madinah diperkirakan terjadi pada tahun 300 Masehi.
Pada mulanya bangsa Yahudi dan Arab dapat hidup berdampingan saling menghormati. Pada perkembangan selanjutnya, bangsa Arab melebihi jumlah penduduk bangsa Yahudi yang sudah datang duluan di Yasrib, terutama setelah Arab Yaman pindah secara masal di akhir abad ke-4 Masehi.
Mulai saat itu muncul kecurigaan dan saling mengancam diantara keduanya. Ketegangan ini berawal dari sikap bangsa Yahudi yang menyombongkan diri sebagai manusia pilihan Tuhan karena dari suku mereka banyak diutus para nabi dan rasul. Selain itu mereka adalah penganut agama tauhid, sementara masyarakat arab adalah penyembah berhala.
Apabila timbul konflik, orang Yahudi selalu berkata dengan nada ancaman bahwa semakin dekat waktu kedatangan Nabi yang diutus untuk memimpin mereka membunuh bangsa Arab. Pada waktu itu Jika ditanya tentang kedatangan Nabi, Para pendeta Yahudi selalu menunjuk ke arah Yaman. Bagi Orang Yastrib, isyarat itu bukan ke Yaman tapi kota Mekkah.
Ketika mendengar berita ada salah seseorang yang mengaku Nabi di Mekkah, mereka berusaha mencari informasi tersebut. Pada setiap musim haji tiba, mereka mengutus ke Mekkah untuk menyelidiki kebenaran berita tersebut. yang pada akhirnya menghasilkan terjadinya dua perjanjian yaitu ‘Aqabah I dan Aqabah II.
Demikianlah pembahasan tentang kondisi sosial masyarakat Madinah sebelum Islam, semoga ada ibrah dan pelajaran untuk kita semuanya.
Post a Comment for "Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Sebelum Islam"