Pola Dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah


Dadanby - Ketika Nabi Muhamad Saw mencapai usia sempurna, yaitu 40 tahun, Allah Swt mengutusnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan untuk mengeluarkan mereka dari kebodohan yang gelap menjadi cahaya ilmu, yakni diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Peristiwa itu terjadi di bulan juli tahun 610 Masehi.

Sebagaimana dijelaskan oleh Mahmud Basya ahli falak bahwa peristiwa itu bertepatan pada 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriyah. Beliau diangkat ketika sedang bertahanus di gua Hira, sebuah tempat di Jabal Nur yang terletak beberapa kilometer sebelah utara kota Makkah. Di tempat itu Nabi berusaha menenangkan diri dengan beribadah beberapa malam. Ibadah Nabi Muhammad mengikuti agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. 

Setelah lebih kurang enam bulan Nabi Muhammad berkhalwat dan bertahhannus di Gua Hira, maka tanggal 17 Ramadhan, malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu. Malaikat Jibril mengajari dan meminta Nabi untuk membaca wahyu itu.

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al Alaq [96] :1-5) 

Sebelumnya Nabi Muhammad tidak bisa membaca, lalu Malaikat Jibril berkata: Bacalah!, maka Nabi Muhammad menjawab: saya tidak bisa membaca, lalu Jibril mendekap beliau dengan keras, kemudian melepaskanya. Kemudian Jibril mengulangi lagi seraya berkata : bacalah!, tapi Nabi Muhammad menjawab : saya tidak bisa membaca terus Jibril mendekapnya dengan keras lagi, sampai ke tiga kalinya Jibril berkata: bacalah!, maka Nabi Muhammad bisa membacanya. 

Setelah Jibril hilang, maka Muhammad pulang ke rumahnya, maka beliau menceritakan apa yang baru dialaminya kepada istrinya Khadijah. Sambil badannya menggigil meminta untuk diselimuti. Nabi berkata: “selimutilah aku” supaya hilang kegemetarannya. Setelah mereda, Khadijah mengajak Muhammad Saw. Pergi ke rumah Waraqah bin Naufal, anak pamannya yang telah memeluk agama Nasrani di zaman jahiliyah. 

Ia ahli kitab dia menulis kitab berbahasa ibrani dan menulis injil kedalam bahasa ibrani, saat itu Waraqah sudah tua renta dan buta. Setelah Khadijah menceritakan tentang apa yang menimpa suaminya, Waraqah berkata, “demi Tuhan yang menguasai jiwaku dalam genggamanya, sungguh engkau adalah Nabi umat ini. Telah datang kepadamu Namus (Malaikat Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Musa. 

Sungguh kaummu akan mendustakanmu, mengganggu dan mengusirmu”. Mendengar penjelasan dari Waraqah, Nabi Muhhamad sedikit tenang, karena masih heran dengan ucapan Waraqah bahwa ia akan dimusuhi dan diusir dari tempat kelahiranya oleh kaumnya, karena beliau tahu mereka mencintainya sebagai orang yang memiliki budi pekerti mulia dan suka berkata benar sehinggga mereka menamainya al-Amin. 

Terus Waraqah menjelaskan tidaklah seseorang membawa agama yang engkau bawa, melainkan ia dimusuhi. Sebagai wujud pembenaran Waraqah terhadap risalah rasul yang mulia Muhammad, Waraqah berkata jika aku mendapati harimu (masih hidup) aku akan menolongmu dengan pertolongan yang kuat. Setelah turunya wahyu yang pertama, pertanda Muhammad telah dipilih Allah sebagai nabi dan rasulnya. 

Setelah itu tidak turun wahyu lagi selama beberapa hari, para sejarawan bersepakat lamanya wahyu pertama dan kedua adalah 40 hari. Dalam keadaan rindu dan berharap-harap cemas kemudian Jibril datang kembali dengan membawa wahyu yang kedua yaitu Surah Al-Mudassir:

Artinya : Hai orang yang berkemul (berselimut). bangunlah, lalu berilah peringatan. dan Tuhanmu agungkanlah. dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah Semenjak turunya wahyu ini yang di ikuti dengan wahyu-wahyu berikutnya, yaitu Surah Al Mudassir yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. 

Pola Dakwah Nabi Muhammad Saw di Makkah

1. Dakwah Sirriyah (sembunyi-sembunyi)

Mulailah beliau berdakwah masyarakat terutama keluarganya terdekatnya. Dakwah ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi berdasarkan QS. Asy Syuara’ 214-216: 

Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" (QS. Asy Syuara’ 214-216) 

Sejak itulah, mulailah Nabi Muhammad berdakwah kepada kerabatnya, para kerabat itu adalah bani Hasyim, bani Al-Muttalib, bani Naufal dan bani Abd Syam anak-anak Abdu Manaf. Ada yang menerima, ada pula yang menolak dengan halus dan ada pula yang menolak dengan kasar, seperti Abu Lahab. 

Ada dua paman Nabi Muhammad yang menolak dakwah nabi yaitu Abu Thalib dan Abu Lahab. Keduanya tidak mau melepaskan agama nenek moyangnya sampai meninggal dunia. Tapi keduanya memiliki sikap yang berbeda terhadap dakwah Nabi. Abu Thalib membiarkan Nabi Muhammad Saw menyebarkan dakwahnya, bahkan melindunginya dari gangguan dan acamanan pembesarpembesar Quraisy. 

Sedangkan Abu Lahab sangat menentang dakwah Nabi, bahkan mengancam dan berniat membunuh Nabi Muhammad. Allah mengabadikan cerita Abu Lahab di surat Al Lahab. Pada masa periode awal ini, kerabat Nabi yang menerima dakwahnya antara lain istrinya, Siti Khadijah, sebagai wanita pertama yang masuk Islam. 

Lalu sepupunya, Ali bin Abi Thalib, sebagai orang yang pertama masuk Islam dari Anak. Budaknya, Zaid bin Haritsah, sebagai orang pertama masuk Islam dari hamba sahaya. Dan shahabatnya, Abu Bakar Shiddiq, sebagai orang yang pertama masuk Islam dari laki-laki dewasa. 

Selain mereka yang masuk Islam pada masa dakwah sembunyi-sembunyi adalah Said bin Zaid Al-Adawi Al-Quraisy dan istrinya Fatimah binti Al-Khattab saudara perempuan Umar dan ummu Al-Fadhl, Lubabah binti al-Harits Al-Hilaliyah istri Al-Abbas bin Abdul Muttalib dan Ubaidillah ibnul Harits bin Abdul Muttalib bin Hisyam, Abu Salamah bin Abdullah bin Abdul Asad Al-Makhzumi Al-Quraisyi putra bibi Rasulullah, Usman bin Madh’un beserta kedua saudaranya, Al-Aqram bin Abil Arqam Al-Makhzumi Al-Quraisy. 

Dakwah Nabi secara sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama 3 tahun. Beliau berjuang keras tanpa mengenal lelah, meski banyak ejekan dan gangguan yang dijukan kepadanya dan para sahabatnya. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini berahir ketika turunlah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan. 

2. Dakwah Jahr (terang-terangan)

Firman Allah Swt dalam surat Al Hijr 94 yang memerintahkan berdakwah secara terang-terangan.

Artinya : Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Setelah turun ayat ini, Nabi Muhammad Saw berdakwah secara terang-terangan ke seluruh lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan maupun budak serta negeri-negeri lain dilakukan pertama kali di bukit Shafa. Ketika itu, pamannya, Abu Lahab sangat menentang keras dakwah Nabi. Peristiwa tersebut di abadikan dengan surat Al Lahab. 

Selama 13 tahun di Makkah pada tahun 610-622 Masehi, Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah yang turun secara berangsur-angsur. Surat-surat yang diturunkan selama Nabi Muhammad di Makkah dinamakan surat Makkiyah yang meliputi 89 surat dan 4.726 ayat.

Itulah bahasan tentang pola dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah.
Semoga bermanfaat.