Corak Keislaman di Indonesia
Dalam perkembangan sejarah dakwah Islam, para Mubaligh menyampaikan ajaran Islam secara bijaksana melalui bahasa budaya sebagaimana dilakukan oleh Wali Songo. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas dan pendekatan yang arif bijaksana, ajaran Islam menjadi bagian dari tata nilai di masyarakat yang tidak dapat dipisahkan.
Nilai-nilai Islam meliputi segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Corak keislaman dan keindonesiaan dapat disaksikan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari seni, budaya, sosial-politik, sosial-ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahkan dalam tatanan berbangsa dan bernegara yang masih dapat kita rasakan sampai saat ini.
a. Politik
Seiring periodisasi perkembangan Islam di Indonesia, ajaran Islam ikut mewarnai corak politik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan munculnya kerajaan Islam di Indonesia, seperti Kerajaan Samudera Pasai, Malaka, Aceh Darussalam, Demak, Pajang, Banten, Cirebon, Mataram, Ternate, Tidore, Gowa-Tallo, dan lain-lain. Bahkan, nilai-nilai Islam mewarnai corak pemerintahan dan tata kenegaraan, berkolaborasi dengan nilai-nilai luhur bangsa.
b. Seni dan Budaya
Seni dan budaya tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai ajaran Islam. Seni bukanlah sesuatu yang diharamkan dalam Islam. Dengan seni, kehidupan manusia lebih indah dan nyaman untuk dinikmati. Kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddayah sebagai bentuk jamak dari kata budhi yang berarti perilaku, budi, atau akal.
Maka, kata kebudayaan dapat diartikan sebagai bentuk yang berkaitan dengan budi pekerti dari hasil pemikiran. Kesenian termasuk dalam unsur kebudayaan. Banyak seni dan budaya Indonesia yang bernuansa Islam seperti, hadrah, rebana, kasidah, kaligrafi, seni lukis, seni pahat, tari zapin, pakarena burakne, sandur, tari pergaulan, barzanji, khitan, sekaten, rajaban, mauludan, nyadran, kenduri, menata konde, dan masih banyak lagi.
c. Pendidikan
Untuk menganalisis masuknya pendidikan Islam di Indonesia, maka sangat tepat kiranya untuk menelusuri proses masuknya Islam di Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia memiliki letak yang strategis dalam rangka pelayaran dan perdagangan sehingga menjadi salah satu sarana masuknya ajaran Islam. Para saudagar, ulama, termasuk wali, berperan besar terhadap penyebaran Islam.
Mereka pada mulanya mendirikan pesantren-pesantren di sekitar kota pelabuhan (sebagai tempat transit kapal-kapal dagang) guna menyebarkan dakwah Islam. Istilah “pesantren” sendiri berasal dari ucapan “pesantrian”, yakni tempat para santri menimba ilmu agama.
d. Perekonomian
Perekonomian sebagai salah satu pilar tegaknya sebuah peradaban sedikit banyak mendapat corak keislaman. Nilai-nilai ajaran Islam telah terpatri dalam sanubari setiap muslim, apa pun profesinya. Sehingga, di dalam menjalankan segala aktivitas selalu dilandasi karena Allah dan mencari keridaan-Nya. Sejarah mencatat banyak tokoh muslim Indonesia yang sukses dalam bidang perekonomian.
Mohammad Hatta adalah salah contoh tokoh muslim yang ikut mewarnai perekonomian Indonesia dengan nilai-nilai keislaman, Ia dikenal sebagai bapak koperasi, di mana badan usaha berbentuk koperasi merupakan saka guru perekonomian Indonesia.
Contoh lain adalah Haji Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan, Surakarta. Pada 16 Oktober 1905, ia mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam demi mengatasi situasi perekonomian rakyat pribumi yang terpuruk akibat monopoli bangsa asing.
Post a Comment for "Corak Keislaman di Indonesia"