Sejarah Perkembangan Islam di Belanda
Belanda secara geografis merupakan negara berpermukaan rendah, dengan kira-kira 20% wilayahnya, dan 21% populasinya berada di bawah permukaan laut, dan 50% tanahnya kurang dari satu meter di atas permukaan laut. Kenyataan yang unik ini terabadikan dalam namanya: Nederland (bahasa Belanda), yang artinya negeri-negeri berdaratan rendah, nama ini pun digunakan dengan beberapa variasi dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya.
Belanda Eropa berbatasan dengan Laut Utara di utara, dan barat, Belgia di selatan, dan Jerman di timur dan berbagi perbatasan bahari dengan Belgia, Jerman dan Britania Raya. Belanda menganut demokrasi parlementer yang disusun sebagai negara kesatuan.
Ibu kotanya adalah Amsterdam, sedangkan pusat pemerintahan, dan kedudukan monarkinya berada di Den Haag. Islam masuk ke Belanda terjadi secara tidak langsung. Misalnya, karena imporisasi rempah-rempah dan tenaga kerja, seperti tenaga kerja muslim Indonesia ke Belanda.
Belanda sangat membutuhkan tenaga kerja untuk bercocok tanam, penggalian barang tambang, atau menjadi buruh kasar. Karenaitu, terdapat ribuan orang Jawa muslim yang ditempatkan di Amerika Latin dan Suriname.
Pasca Perang Dunia II, orang Jawa di Suriname mendapatkan legitimasi dari otoritas Kerajaan Belanda, dari seorang ratu yang bernama Ratu Beatrix. Pada tahun 1951-1952 Masehi, sekitar 12.000 anggota Koninklijk Nederlandse Indische Leger (KNIL) berasal dari Maluku, sebanyak 200 orang beragama Islam dikirim ke Belanda.
Mereka ditempatkan dalam satu kamp dengan non muslim, tetapi kemudian mereka memisahkan diri dan bergabung dengan sesama muslim di Kampung Wijldemaerk, Desa Balk, Provinsi Friesland. Mereka membangun masjid pertama di Belanda, yaitu Masjid An Nur yang dipimpin Haji Ahmad Tan.
Semenjak munculnya asas Humans Rights (Hak Asasi Manusia), berdirinya masjid atau musala tidak dapat dicegah pemerintah Belanda. Pada tahun 1960-an menjadi starting point pertumbuhan dan perkembangan umat muslim.
Saat itu, Belanda kekurangan tenaga kerja sehingga harus mendatangkan tenaga kerja asing yang kebanyakan dari kawasan Mediteranian, imigran Turki, dan Maroko. Mereka menjadi penyebar agama Islam di Belanda, yang berhasil mendirikan masjid tertua, yaitu Enre Yunus Masjid di Almelo.
Pada tahun 1950-an agama lslam dibawa ke Negeri Kincir Angin tersebut oleh para tenaga kerja asing (imigran) muslim. Di antaranya dua negara dari bekas jajahanya, yaitu Indonesia dan Suriname. Jumlah mereka saat itu sekitar 5.000 orang.
Namun di sisi lain, pada tahun 1947 Masehi Islam juga masuk ke Belanda dibawa oleh sekelompok muslim dari Pakistan. Agama Islam di negara Belanda berkembang melalui perjuangan para tokoh islam diantaranya, pada tahun 1930 Masehi, organisasi muslim Indonesia pertama didirikan oleh seorang Belanda yang bernama Van Beetem.
Setelah menjadi muslim bernama Mohammad Ali. Ia berhasil memperjuangkan organisasi muslim ini, yakni dengan diakuinya dan dilegitimasi oleh pemerintahan Belanda. Selanjutnya, pada tahun 1974 Masehi, semua organisasi Islam diintegrasikan menjadi satu perkumpulan, yaitu dengan nama Islamic Organisation Union (Organisasi-Organisasi Islam).
Abdul Wahid Van Bommel mendirikan organisasi Islam seperti Federatie Organisaties Muslim Nederland yang diketuai oleh Abdul Wahid. Organisasi tersebut kemudian diubah menjadi Islamitische Informatie Cendrum. Melalui organisasi tersebut beliau berjuang menuntut hak agar dapat menunaikan shalat wajib lima waktu termasuk shalat Jum’at.
Pada tahun 1963 Masehi, terdapat 300 orang asli Belanda memeluk agama Islam. Pada tahun 1971 Masehi, sekitar 132.000 jiwa atau 1% penduduk asli Belanda adalah seorang muslim.
Pada tahun 1982 Masehi, angka ini naik menjadi 400.000 orang atau 2.8% dari jumlah penduduk, terdiri atas 220.000 orang Turki, 100.000 orang Afrika Utara, 40.000 orang Melayu (Indonesia dan Melayu), dan 40.000 muslim warga negara Belanda dengan rincian 2.000 penduduk asli Belanda dan sisanya dari berbagai negara yang telah menjadi warga negara Belanda (proses naturalisasi).
Pada tahun 1993 M, pertumbuhan jumlah umat muslim di Belanda meningkat dengan pesat menjadi 560.300 jiwa. Kenaikan rata-rata 0,6% per tahunya. Umat Islam yang berasal dari Turki sebanyak 46%, Maroko 38,8%, Suriname 6,2%, Pakistan 2,2%, Mesir 0,7%, Tunisia 0,9%, Indonesia 1,6%, dan negara lainnya 3,9%.
Berdasarkan data statistik dari the World Factbook 2018 jumlah penduduk Belanda 17.151.228 jiwa, jumlah umat Islam menempati posisi ketiga (3,7%), setelah agama Katolik Roma (32%), dan agama Kristen Protestan (22 %), dan sekitar 0,5% pemeluk agama Hindu, serta sebanyak 40% warga Belanda beragama lainnya.
Umat Islam di Belanda umumnya imigran yang bersal dari Turki, Maroko, Suriname, Pakistan, Mesir, Tunisia, dan Indonesia, selain warga negara asli Belanda. Pada tahun 1990, di seluruh Belanda jumlah masjid mencapai 300 buah, di antaranya Masjid Mubarak yang didirikan di kalangan Ahmadiyah, Masjid Maluku, dan Masjid An-Nur di Balk.
Masjid lain yang terkenal adalah Masjid Al-Hikma di Heesurjkpein, Deen Haag. Pada akhir tahun 2004, perkiraan jumlah pemeluk agama Islam di Belanda meningkat menjadi sekitar 944.000 muslim, 6.000 di antaranya berasal dari warga asli Belanda.
Hingga pada awal tahun 2010, umat Islam murni dari bangsa Belanda sendiri sudah mencapai angka kurang lebih 12.000 dari jumlah penduduk Belanda yang berjumlah 17.151.228 (data Factbook Juli 2018).
Post a Comment for "Sejarah Perkembangan Islam di Belanda"