Sejarah Perkembangan Islam di Aljazair

Table of Contents

Dadanby - Republik Demokratik Rakyat Aljazair merupakan sebuah negara di pesisir Laut Tengah Afrika Utara. Dengan jumlah penduduk lebih dari 37 juta jiwa dan luas keseluruhan 2.381. 471 km2, Aljazair merupakan negara terluas ke-10 di dunia dan terluas di Afrika, dan di wilayah Mediterania. 

Negara ini berbatasan dengan Tunisia di sebelah timur-laut, Libya di sebelah timur, Maroko di sebelah barat, Sahara Barat, Mauritania, dan Mali di sebelah barat-daya, Niger di sebelah tenggara, dan Laut Tengah di sebelah utara. Sejak dahulu bangsa Barbar telah mendiami wilayah ini maka muncullah di sana sejumlah peradaban. Romawi telah menguasai wilayah ini pada tahun 146 Sebelum Masehi. 

Kemudian secara berturut-turut dikuasai oleh orang-orang Jerman dan Byzantium. Islam masuk ke Aljazair bersamaan dengan masuknya Islam ke Tunisia. Pada abad ke-5 Hijriyah/11 Masehi, kabilah-kabilah Bani Hilal yang berbahasa Arab telah hijrah ke sana. 

Penduduk asli mereka adalah orang Barbar dalam sejarahnya, secara berturut-turut kerajaan Islam telah berkuasa di Aljazair, mulai dari Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Khawarij, dan Dinasti Murabitun, serta Dinasti al-Muwahhidun. 

Setelah itu, Aljazair berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani sejak 922 H/1516 M dan berlangsung hingga tahun 1246 H/1830 M, ketika akhirnya orang-orang Perancis berhasil menjajah wilayah ini. Sejak Aljazair dijajah Perancis, sekitar tahun 1255-1264 H/1839-1847 M, timbul gerakan perlawanan mengusir penjajah Prancis yang dipimpin seorang tokoh pejuang, Amir Abdul Qadir. 

Perjuangan tersebut membuahkan hasil dengan dicapainya kemerdekaan Aljazair pada tahun 1382 H/1962 M setelah 130 tahun dijajah Prancis. Presiden pertama adalah Ahmad bin Bella (1382-1385 H/1962-1965 M), lalu digulingkan oleh Kolonel Hawari Baumidin pada tahun 1385-1399 H/1965-1978 Masehi.

Setelah wafat, ia digantikan oleh Syadzali bin Jadid (1399 H/1978 M). Pada masanya terjadi krisis politik dan menyebabkan diselenggarakan pemilu pada tahun 1412 H/1992 M. Partai FIS (Front Pembebasan Islam) memenangkan pemilu putaran pertama. Tetapi militer menolak hasil pemilu sehingga terjadi kekacaun politik di negeri ini. 

Akhirnya, pemilu ditunda dan krisis politik terus berkepanjangan. Situasi ini menjadikan Syadzali tersingkir dan menyerahkan kekuasaannya kepada militer. Pada tahun 1412 H/1992 M Muhammad Baudiya terpilih sebagai presiden, tetapi beberapa bulan kemudian ia terbunuh dan digantikan oleh Ali Kafi pada tahun 1414 H/1994 M, kekuasaan dipegang oleh Amin Zarwal dalam masa transisi. 

Ia diberi tugas untuk mempersiapkan pemilu berikutnya. Pada tahun 1416 H/1996 M, ia terpilih sebagai presiden Aljazair secara demokratis. Sebagai sebuah negara yang mayoritas beragama Islam, Aljazair menetapkan bentuk pemerintahan adalah republik, adapun ibu kotanya adalah Al-Jir. Bahasa resminya adalah bahasa Arab dan bahasa Perancis. 

Penduduk Aljazair mayoritas beragama Islam yang berjumlah 99 %, Kristen dan yahudi 1%. Semenjak tahun 1980, negara Aljazair memasuki masa kebangkitan Islam, hal itu ditandai atas semangat kehidupan beragama yang meningkat. 

Berdasarkan kongres partai tunggal di Aljazair, yakni The National Liberation Front (Front Pembebasan Nasional) pada tanggal 27-31 Januari 1979, maka diadakan kegiatan-kegiatan: 

a. Mendirikan “Pusat Latihan Imam” di Meftah, sebelah Utara Al-Jir. 
b. Membangun Universitas Teknik Ultra Modern di Oran
c. Mendirikan pusat perdagangan Ultra modern di Oran
d. Membangun pusat perdagangan serta kebudayaan Riyad Al-Feth 
e. Pembangunan masjid-masjid. 

Di Aljazair juga terdapat Kementerian Agama (Wizarah as-Syu’un al-Diniyah) yang tugas utamanya mengembangkan studi Islam dan mengenalkan tradisi Islam serta ideologi Islam. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan seminar tentang pemikiran Islam yang pertama di Batna (1969), kedua di Aures (1978), dan ketiga di Al-Jir (1980).

Demikianlah pembahasan tentang sejarah perkembangan Islam di Aljazair.