Sejarah Kerajaan Islam di Sulawesi

Sebelum bersatunya seluruh suku bangsa yang ada di Nusantara menjadi satu kesatuan bangsa Indonesia, sebelumnya suku-suku yang tersebar di seluruh penjuru tanah Nusantara tersebut memiliki kekuasaan dan pemerintahan sendiri-sendiri yang suatu waktu sering terjadi perselisihan antara satu kerajaan dengan kerajaan lainnya.


Indonesia merupakan negeri kepulauan yang tersekat oleh samudera lautan biru yang mengitari seluruh gugus kepulauan, maka tidaklah heran jika para pendatang akan betah untuk tinggal di negeri Nusantara bahkan saking betahnya mereka berniat untuk menjajah dan merampas sumber daya kekayaan alam Nusantara. Berikut bahasan sejarah kerajaan Islam di Sulawesi, selengkapnya.

1. Kerajaan Goa dan Tallo

Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. 

Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. 

Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. 

Letak geografis

Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. 

Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Gowa dan Tallo berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Faktor-faktor penyebab kerajaan Gowa Tallo berkembang menjadi pusat perdagangan, yaitu :
  1. Letaknya strategis yaitu sebagai penghubung pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku.
  2. Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman berjalan dengan baik.
  3. Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin, sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.
  4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para pedagang mencari daerah atau pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah.
  5. Halauan politik Mataram sebagai kerajaan agraris ternyata kurang memperhatikan pemngembangan pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Akibatnya dapat diambil alih oleh Makasar.
  6. Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.
Pendiri Gowa dan Tallo dan Raja Terkenalnya

1. Raja Tumanurunga (1300+), merupakan Raja pertama sekaligus pendiri dari Kerajaan Gowa dan Tallo (Kerajaan Makassar) dan yang terakhir adalah Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978.

2. Sultan Alauddin (1591-1638 M) yang nama aslinya Karaeng Ma’towaya Tumamenanga merupakan raja pertama yang memeluk agama Islam dan kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim.

3. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)

Raja yang terkenal dari Kerajaan Gowa dan Tallo adalah Sultan Hasanuddin dengan julukannya Ayam Jantan dari Timur. Dengan prestasinya untuk memporak-porandakan kedudukan Belanda (VOC) dalam menguasai wilayah Makassar. Ini menyebabkan Belanda terpaksa mundur dari wilayah Makassar sebelum melakukan penyerangan besar-besaran. 

2. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore, sebelah barat pulau Halmahera. Kerajaan ini terletak di kepulauan Maluku, di wilayah ini terdapat dua persekutuan yaitu: Ulilima (pulau Obi, Bacan). Seram, Ambon, Ternate pemimpinnya). Ulisiwa (pulau Makyan, Jailolo, dan sekitar Irian Barat yang di pimpin oleh Tidore.

Kehidupan Politik

Persaingan antar Ulilima dan Ulisiwa bersaing menguasai Maluku (dimanfaatkan oleh bangsa pendatang seperti Portugis dan Spanyol).
  1. Portugis àTernate.
  2. Spanyol àTidore (dikalahkan)
  3. Menghasilkan perjanjian Saragosa 1528
  4. Menetapkan Portugis sebagai penguasa Maluku dan Spanyol pindah ke Filipina.
  5. Kesewenangan Portugis membuat Ulilima dan Ulisiwa bersatu Sultan Hairun.
  6. Baru pada masa Sultan Baabullah Maluku (Ternate dan Tidore) mengusir Portugis 1575.
  7. Ternate-Tidore mencapai kejayaannya.
Kehidupan Ekonomi
  • Ternate-Tidore berkembang sebagai kerajaan Maritim.
  • Penghasil komoditi perdagangan rempah-rempah.
  • Kedatangan pedagang Ternate, Jawa, Melayu, pedagang Arab
Kehidupan Sosial Budaya
  • Islam berkembang di Maluku
  • Seni Bangunan Mesjid dan Istana Raja
  • Agama Katolik juga berkembang
  • Jumlah perahu (kora-kora)
  • Keaneka ragaman agama.
a.  Kerajaan Ternate

Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Momole (kepala marga), merekalah yang pertama - tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah - rempah. 

Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai Kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Sehingga dibangunlah kerajaan yang berpusat di kampung ternate tersebut. 

Silsilah raja-raja Kerajaan Ternate

Zainal Abidin - Sultan Tarbaji - Sultan Khairun - Sultan Baabullah. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah. Berikut adalah prestasi yang diraih kerajaan Ternate, yaitu :
  1. Berhasil mengusir portugis dari maluku
  2. Berhasil menahan spanyol untuk kembali lagi menguasai maluku
  3. bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia
  4. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.
Faktor Penyebab Kemunduran Kerajaan Ternate

Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. 

Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat. 

b. Kerajaan Tidore

Tidore merupakan salah satu pulau yang terdapat di gugusan kepulauan Maluku. Sebelum Islam datang ke bumi Nusantara, Tidore dikenal dengan nama Kie Duko, yang berarti pulau yang bergunung api. Penamaan ini sesuai dengan kondisi topografi Tidore yang memiliki gunung api bahkan tertinggi di gugusan kepulauan Maluku yang mereka namakan gunung Marijang. 

Saat ini, gunung Marijang sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore berasal dari gabungan dua rangkaian kata bahasa Tidore dan Arab dialek Irak : bahasa Tidore, To ado re, artinya, ‘aku telah sampai’ dan bahasa Arab dialek Irak anta thadore yang berarti ‘kamu datang’. Penggabungan dua rangkaian kata dari dua bahasa ini bermula dari suatu peristiwa yang terjadi di Tidore. 

Menurut kisahnya, di daerah Tidore ini sering terjadi pertikaian antar para Momole (kepala suku), yang didukung oleh anggota komunitasnya masing-masing dalam memperebutkan wilayah kekuasaan persukuan. Pertikaian tersebut seringkali menimbulkan pertumpahan darah. Usaha untuk mengatasi pertikaian tersebut selalu mengalami kegagalan. 

Silsilah Raja-Raja Kerajaan Tidore

Sultan Jamaludin - Sultan Al mansur - Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnaen- Sultan Saifuddin - Sultan Kamaluddin - Sultan Nuku. Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Berikut faktor penyebab kemunduran kerajaan Tidore.
  1. 1635 : Rakyat melawan belanda atas keputusannya untuk menebang pohon besar-besaran
  2. 1641 : Pasukan yang dipimpin oleh Ambon Salahakan Luhu menggempur markas belanda, tetapi dia ditangkap dan dieksekusi mati
  3. 1650 : Bangsawan ternate melakukan perlawanan atas sikap Sultan Mandarsyah yang terlampau akrab dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda.
  4. Sultan Sibori melakukan perlawanan kepada belanda dengan menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao.
  5. 1914 : Sultan Haji Muhammad Usman Syah melakukan perlawanan terhadap belanda, tapi kalah karena senjata belanda lebih tangguh dan canggih

3. Kerajaan Islam di Maluku

Pada abad ke-15 masehi, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku, contohnya kerajaan ternate dan tidore. Mereka adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. 

Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. 

Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate. Dari persaingan tersebut muncul 2 (dua) persekutuan dagang terbesar, yaitu :
  1. Uli-Lima, yaitu (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon.
  2. Uli-Siwa, yaitu (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi: Halmahera, Jailalo sampai ke Papua.
Demikianlah pembahasan mengenai sejarah kerajaan Islam di Sulawesi.

Post a Comment for "Sejarah Kerajaan Islam di Sulawesi"