Pengertian Dakwah Sirriyah dan Jahr

Setelah Nabi Muhammad saw di angkat Allah swt menjadi Nabi dan Rasul, beliau lalu melaksanakan perintah itu sebagaimana para nabi terdahulu melaksanakannya guna menyampaikan perintah dan larangan dari Allah swt, sebagai bagian dari risalah kenabian untuk disampaikan kepada kaum-kaum yang sudah menyimpang dari jalan kebenaran yakni dari jalan ketauhidan.


Sebagaimana yang diketahui bahwa Nabi Muhammad saw adalah orang yang cerdas, beliau sangat pandai dalam mengatur bidang strategi baik strategi untuk berdagang, untuk beperang bahkan dalam untuk berdakwah, atau pola dakwahnya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.

Dalam menjalankan misi dakwahnya beliau hanya mengikuti perintah yang berdasarkan kepada wahyu dari Allah swt yang disampaikan melalui malaikat Jibril berupa firman-firman Allah yang tertuang dalam kitab suci Al-Quran, bukan semata-mata karena keinginan dari diri beliau sendiri.

A. Dakwah Sirriyah (Dakwah secara sembunyi-sembunyi)

Pada awal dakwahnya, nabi Muhammad menggunakan dakwah sirriyah dalam menyebarkan Islam. Nabi Muhammad melakukan dakwah sirri bukan karena takut melainkan strategi dakwah. Dimana Nabi mengantisipasi pengikut Nabi yang masih sedikit dan belum kuat. 

Sedangkan ancaman dan siksaan masyarakat kafir Quraisy masih kua dan status kota Makkah sebagai pusat agama bangsa Arab. Disana terdapat para pengabdi ka’bah dan tiang sandaran bagi berhala dan patung-patung yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab 

Nabi Muhammad saw melakukan dakwah sirri dengan pendekatan personal. Hal ini disebabkan pendekatan personal memiliki keterkaitan batin serta interaksi emosional antara pengajak dan yang diajak. pendekatan personal ini Nabi saw telah menggabungkan antara ikhtiar dan tawakal. Artinya nabi dalam berdakwah memperhatikan situasi dan kondisi yang ada. 

Nabi Muhammad melaksanakan dakwah sirriyah selama 3 tahun. Pertama-tama, Nabi menawarkan Islam kepada orang-orang terdekat, keluarga besar serta shahabat-shahabat karib beliau. Mereka diajak untuk memeluk Islam. Dalam sejarah Islam dikenal sebagai as-Saabiquunal Awwalluun (orang-orang yang paling dahulu dan pertama masuk Islam). Mereka adalah:

1. Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin Isteri Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam
2. Zaid bin Haritsah bin Syarahil, Maula (budak) beliau, al-Kalbi
3. Ali bin Abi Thalib Sepupu beliau
4. Abu Bakr ash-Shiddiq, Shahabat paling dekat beliau

Setelah memeluk Islam, Abu Bakar bersemangat dalam berdakwah mengajak orang-orang masuk Islam. Karakter Abu Bakar terkenal sebagai sosok laki-laki yang lembut, disenangi, dan berbudi baik. Para tokoh kaumnya selalu mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena kecerdasan, kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Melalui Dakwah beliau, beberapa shahabat masuk Islam, yaitu: 

1. Utsman bin ‘Affan al Umawi
2. Az Zubair bin al ’Awam al Asadi
3. Abdurrahman bin ‘Auf
4. Sa’d bin Abi Waqqash az Zuhriyan dan
5. Thalhah bin ‘Ubaidillah at Timi

Kemudian diikuti oleh Bilal bin Rabah al Habasyi, Abu ‘Ubaidah; ‘Amir bin al Jarrah yang berasal dari suku Bani al Harits bin Fihr, Abu Salamah bin ‘Abdul Asad, al Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari suku Makhzum), ‘Utsman bin Mazh’un dan kedua saudaranya; Qudamah dan ‘Abdullah, ‘Ubaidah bin al Harits bin al Muththalib bin ‘Abdu Manaf, Sa’id bin Zaid al ’Adawy dan isterinya; Fathimah binti al Khathab al’Adawiyyah saudara perempuan dari ‘Umar bin al Khathab, Khabbab bin al Arts, ‘Abdullah bin Mas’ud al Hazaly serta banyak lagi selain mereka. Mereka itulah yang dinamakan as Saabiquunal Awwaluun.

Mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Mereka masih menyembunyikan keimanannya untuk menghindari ancaman dan siksaan Kafir Quraisy. Selain diuji oleh faktor eksternal, keimanan mereka diuji oleh faktor internal, yaitu ajaran-ajaran yang diterima Nabi bertentangan dengan kondisi yang ada dan diluar kemampuan otak manusia. 

Seperti peristiwa Isra Miraj. Peristiwa perjalan nabi dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis, dan diteruskan ke Sidrotul Muntaha dalam satu hari. Peristiwa yang tidak mungkin dilakukan pada waktu itu. Dimana kondisi fasilitas transportasi masih menggunakan unta atau kuda, belum tersedia alat transportasi modern seperti pesawat terbang.

Abu Bakar merupakan sahabat pertama yang mempercayai peristiwa tersebut, sehingga Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq. Beliau mempercayai apapun yang diucapkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad saw mendapat perintah untuk mendirikan shalat 5 waktu. 

Menurut Ibnu Hajar bahwa perintah shalat Termasuk wahyu pertama. Ibnu Hajar berkata:

كان صلى الله عليه وسلم قبل الإسراء يصلى قطعًا وكذلك أصحابه، ولكن اختلف هل فرض شىء قبل الصلوات الخمس من الصلوات أم لا‏؟‏ فقيل‏:‏ إن الفرض كانت صلاة قبل طلوع الشمس وقبل غروبها‏. 

“Sebelum terjadinya Isra’, beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam secara qath’i pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para shahabat akan tetapi yang diperselisihkan apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya) shalat lima waktu ataukah tidak?. 

Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah diwajibkan itu adalah shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari”.

Walaupun dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat perorangan, namun beritanya sudah kedengaran oleh kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum mempermasalahkannya karena nabi Muhammad belum menentang agama dan tuhan mereka. Sehingga nabi Muhammad dapat membangun jamaah Mukminin berlandaskan ukhuwwah (persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas). 

Kemudian turunlah wahyu yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan menentang kebatilan kaum Quraisy dan menyerang berhala-berhala mereka 

B. Dakwah Jahr (Dakwah secara terang-terangan)

Ketika perintah dakwah terang-terangan turun, Nabi Muhammad mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al Muthalib bin Al Manaf. Nabi menyeru kepada kaumnya menyembah dan berserah diri kepada Allah. 

Namun semua kerabatnya menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang tidak menantang. Dia tidak masuk Islam tapi dia mendukung dakwah Nabi Muhammad dan melindunginya dari gangguan kaum kafir Quraisy.
 
Setelah Nabi merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, beliau berdiri diatas Shafa, lalu berseru: “ Wahai semua orang!” maka semua orang berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.”

Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami.” Lalu turun surat Al Lahab. Sejak itulah, dakwah Nabi saw terdengar seluruh Mekkah, kemudian turun ayat surat Al Hijr 94 yang memerintahkan berdakwah secara terang-terangan.

فَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ {94} 

Artinya : Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Qs. Al Hijr ayat 94)

Kaum Quraisy merasa terganggu dengan dakwah Nabi, karena kepercayaan mereka mulai dipermasalahkan dan berhala-berhala mereka ditentangnya. Mereka mengakui sosok Nabi Muhammad sebagai orang yang jujur. Mereka berusaha menghentikan dakwahnya dengan cara mendekati pamannya, Abu Thalib. 

Mereka mengharapkan Abu Thalib bisa merayu Nabi Muhammad saw untuk menghentikan dakwanya. Tapi Abu thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Nabi bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya. 

Semenjak penolakan itu, kafir Quraisy berusaha menghentikan nabi dengan berbagai cara, antara lain menjelek-jelekkan ajaran Islam, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau, Melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an, dan penyiksaan terhadap para pengikut nabi. 

Kafir Quraisy berusaha menawarkan untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyah. Mereka akan mengikuti ajaran Nabi tanpa meninggalkan ajaran mereka, di lain pihak Nabi Muhammad saw dan pengikutinya mengikuti tata cara ibadah mereka tanpa meninggalkan ajaran Islam. 

Nabi Muhammad dengan tegas menolak penawaran mereka. Peristiwa tersebut diabadikan dalam surat al-Kaafirun. 

قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ {1} لآَأَعْبُدُ مَاتَعْبُدُونَ {2} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {3} 
وَلآَأَنَا عَابِدُُ مَّاعَبَدتُّمْ {4} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {5} لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ {6} 

Artinya : 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." Qs. Al Kafirun ayat 1-6)

Nabi Muhammad saw mempertegas larangan adanya pencampuran ajaran Islam dengan ajaran lain. Penolakan akan tawaran lunak oleh Nabi Muhammad saw, membuat kafir Quraisy semakin marah. 

Mereka melakukan pemboikotan (embargo) terhadap para pengikut Nabi Muhammad dan kaumnya Mereka menulis selembar kesepakatan pemutusan hubungan total dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Pengumuman tersebut digantung di salah satu sudut Ka’bah. 

Adapun isi pengumuman itu adalah: 
  1. Barang siapa yang setuju dengan agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salah seorang pengikutnya yang masuk Islam, atau memberi tempat singgah pada salah seorang dari mereka, maka ia dianggap sebagai kelompoknya dan diputuskan hubungan dengannya.
  2. Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka.
  3. Tidak boleh berjual beli dengan mereka.
Nabi Muhammad saw bersama bani Hasyim dan Bani Mutholib hidup terisolir dan tinggal di lembah Bani Hasyim. Kaum Quraisy semakin memperketat isolasinya kepada Nabi dan para sahabatnya sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan. Kesulitan mereka sampai pada kondisi hanya makan dedaunan. Umat Islam tetap sabar dan tegar dari tekanan yang mencelakakan ini dengan terus mengharapkan pertolongan Allah. 

Di tengah penderitaan inilah Allah swt. memberikan pertolongan dengan berbagai cara. Seperti Hisyam bin Amr, seorang kafir membawa untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan kendali untanya. 

Ada juga orang-orang kafir bergabung di lembah Bani Hasyim dengan motivasi kesukuan dan kekerabatan. Embargo atau pemboikotan berlangsung selama tiga tahun. 

Pada tahun ketiga, Hisyam bin Amr mengajak Zuhair bin Abi Umayyah bin Al Mughirah, untuk membatalkan pemboikotan tersebut. Mereka berdua mengajak 3 orang lagi yaitu, Muth’im bin Adiy, Abul Buhturiy bin Hisyam, dan Zam’ah bin Al-Aswad bin Al Muththalib. Berlima bertemu malam hari di sebuah bukit di Mekah dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman pembokiotan. 

Dan ketika datang pagi hari mereka pergi ke tempat pertemuannya. Mereka menyatakan penolakan terhadap pemboikotan atau embargo yang dilakukan orang-orang Quraisy. Mereka ingin merobek pengumuman yang tergantung di sudut Ka'bah. 

Abu Jahal berusaha menghalangi mereka berlima. Dan Abu Thalib saat itu berada di salah satu sudut masjid menyaksikan pertarungan yang terjadi di antara mereka. 

Kemudian Muth’im bin Adiy berdiri ke tempat ditempelkannya pengumuman itu untuk merobeknya, dan ternyata pengumuman itu sudah dimakan tanah kecuali kalimat Bismikallaahumma’ yang menjadikan kebiasaan orang Arab menulis surat. 

Setelah itu berakhir pemboikotan terhadap Nabi Muhammad saw dan pengikutnya. Kaum kafir Quraisy tetap menekan dan menyiksa para pengikut Nabi Muhammad saw hingga Nabi Muhammad saw memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah dan keluar dari Mekkah.

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian dakwah Sirriyah dan Jahr, semoga ada hikmah dan pelajaran buat kita semua.