Sejarah Berdirinya Daulah Mamluk di Mesir


Dadanby - Kekuasaan Daulah Mamluk merupakan kekhalifahan yang berasal dari berbagai macam kelompok suku yang sepakat membentuk sebuah pemerintahan, Daulah ini sebagaimana namanya dikatakan sebagai dinasti para budak yang menggantikan Dinasti Ayyubiyah yang telah lama berkuasa kurang lebih selama 79 tahun di wilayah Mesir.

Para pendiri daulah ini menguatkan atas kekuasaan mereka yaitu atas wilayah Suriah sampai dengan Mesir yang dikuasi para tentara salib. Daulah mamluk dapat mempertahankan diri dari serangan pasukan tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan dan Timurlenk, berita baiknya jika saja mereka gagal dalam bertahan, barangkali seluruh tatanan dalam sejarah kebudayaan Islam yang berada di wilayah Asia Barat dan Mesir akan berubah.

Berikut adalah sejarah berdirinya Daulah Mamluk di Mesir, selengkapnya.

Kekhalifahan Daulah Mamluk berkuasa di Mesir pada tahun 1250-1517 Masehi dan berfaham Sunni. Faham dinasti ini mengikuti faham dinasti sebelumnya yakni faham dinasti Ayyubiah. Khalifah pertama dari daulah Mamluk bernama Sultanah Shajar Ad-Durr, dan ia mengeluarkan mata uang dengan menyandang namanya, dan ia meminta agar namanya di doakan dalam setiap mimbar shalat Jum'at.

Seperti telah di sebutkan di awal pembahasan bahwa daulah Mamluk memiliki keberagaman ras yang berbeda-beda, dengan hal itu menjadikan dinasti Mamluk kaya akan peradaban dan kebudayaan Islam memiliki arsitektur dan kesenian yang tinggi, keberadaannya dapat disejajarkan dengan dinasti-dinasti yang lain, contoh lainnya kota Kairo sampai saat ini masih menjadi tempat pusat peradaban dunia Islam.

Masa kekuasaan khalifah Sultanah Shajar Ad-Durr hanya berkuasa selama 80 (delapan puluh) hari, waktu yang sangat singkat dalam mengemban memperoleh kepemimpinan. Kekhalifahan Daulah Mamluk terbagi menjadi dua bagian.

1. Daulah Mamluk Bahri (1250-1390 M) 

Penguasa Mamluk Bahri pertama adalah Sultan Izzudin Aybak yang berkuasa tahun 1250-1257 Masehi. Awalnya ia adalah panglima utama Daulah Mamluk (Atabeg al-Askar). Mamluk Bahri pada awalnya adalah adalah pengawal-pengawal yang dibeli oleh khalifah Al-Shalih Al-Ayyub dari Daulah Ayyubiyah dan menjadi sultan di kemudian hari. 

2. Daulah Mamluk Burji (1382-1517 M) 

Pendiri sekaligus sultan Mamluk Burji, pertama adalah Sultan Qallawun (1279-1290 M). Mamluk Burji tidak mengenal konsep kekuasan yang diwariskan atau di sebut monarki (kerajaan), dan tidak menerapkan kebijakan nepotisme (kerabat dekat). Tahta kekuasaan diberikan menjadi milik siapa yang mampu meraihnya. 

Para Sultan Daulah Mamluk 

Jumlah para penguasa Daulah Mamluk berjumlah 47 orang, 24 khalifah berasal dari Mamluk Bahri, tidak termasuk Shajar Ad-Durr, dan 23 orang dari Mamluk Burji. Rata-rata masa pemerintahan seluruh penguasa Daulah Mamluk tidak lebih dari enam tahun lamanya.

Para Penguasa Terkenal dari Daulah Mamluk 

1.  Sultan Al-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduq

Sultan Mamluk yang paling terkenal adalah Sultan Az-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari (1260-1277 Masehi). pada awalnya ia adalah seorang budak dari Turki, nama Al-Bunduqdari diperoleh dari tuan pemiliknya di Hamah sebelum dibeli oleh Sultan Al-Shalih Al-Ayyub. Baybar Al-Bunduqdari diangkat menjadi pemimpin pasukan pengawal oleh Sultan Al-Shalih Al-Ayyub, bahkan karir militernya berjalan mulus hingga ia berhasil menjabat sebagai komando militer tertinggi di wilayah itu. 

Ia menjadi Sultan Daulah Mamluk yang agung, penguasa dan pendiri sejati kekuasaan Daulah Mamluk. Kemenangan pertamanya ia peroleh dalam peperangan melawan tentara Mongol di medan perang Ain Jalut, tetapi puncak ketenarannya didapatkan berkat perjuangannya yang tanpa henti melawan tentara salib. 

Kapasitas kemampuan Sultan Baybar Al-Bunduqdari lebih dari sekedar pemimpin militer. Ia tidak hanya berhasil mengorganisasi angkatan perangnya, membangun kembali angkatan laut, dan memperkuat benteng Suriah, tetapi ia juga menggali sejumlah kanal, memperbaiki pelabuhan, serta menghubungkan Kairo dan Damaskus dengan layanan burung Pos, yang hanya membutuhkan waktu empat hari. 

Tempat terminal-terminal kuda didirikan di setiap pos pemberhentian yang siap mengangkutnya kapan pun. Daulah Mamluk juga memiliki pelayanan merpati Pos. Berkat mereka, Mesir memiliki daftar burung berkualitas baik untuk memenuhi pelayanan itu, yang asalnya dikembangkan pada periode Fathimiyah. Kualitas-kualitas burung itu didata dalam sebuah daftar khusus. 

Sultan Baybar Al-Bunduqdari juga membangun banyak fasilitas umum, mempercantik Masjid, menetapkan pajak untuk negara, zakat, dan sedekah. Di antara beberapa monumen arsitekturnya, seperti masjid agung di Kairo dan di Damaskus yang dibangun pada tahun 1269 Masehi, serta sekolah yang menyandang namanya masih bertahan sampai sekarang. 

Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Mamluk 

1.  Kemajuan Bidang Ekonomi 

Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh daulah Fatimiyyah di Mesir sebelumnya. Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan pengangkutan dan komunikasi antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan angkatan laut daulah Mamluk sangat membantu pengembangan ekonominya. 

2.  Kemajuan Bidang Seni Bangunan

Dinasti Mamluk juga banyak mengalami kemajuan di bidang seni bangunan. Banyak arsitek dibawa ke Mesir untuk membangunkan sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di antaranya adalah, rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah, dan menara masjid. 

3.  Kemajuan Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam ilmu pengetahuan, negara Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan asal Baghdad (irak) dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti ilmu sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. 

Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti : Ibn Khalikan, - Ibn Taghribardi, dan - Ibn Khaldun. 

Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. 
Di bidang kedokteran pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis.

Sedangkan, dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.

4.  Kemajuan Budaya Politik dan Militer

Kekhalifahan Daulah Mamluk membawa warna dan arah baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qallawun 1280-1290 Masehi menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qallawun berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha pada tahun 1295- 1297 Masehi. 

Diterapkannya sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan. 

Daulah Mamluk juga memiliki pengaruh besar dalam bidang militer. Para tentara yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin. Sultan akan diangkat di antara pemimpin tentara yang terbaik, yang paling berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang kuat berdasarkan daerah asal mereka. 

Daulah Mamluk juga menghasilkan buku ilmu dalam bidang kemiliteran. Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu. 

5.  Sistem Pemerintahan 

Bentuk pemerintahan oligarki adalah suatu bentuk pemerintahan yang menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan pengaruh, bukan melalui garis keturunan. Sistem pemerintahan oligarki ini merupakan kreatifitas tokoh-tokoh militer daulah Mamluk yang belum pernah berlaku sebelumnya dalam perkembangan politik di pemerintahan Islam. 

Jika dibandingkan dengan sistim pemerintahan yang dijalankan sebelumnya, yaitu Sistem Monarki dan Sistem Aristokrasi atau pemerintahan para bangsawan, maka sistem pemerintahan Oligarki dapat dikatakan lebih demokratis. Sistem Oligarki lebih mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam peperangan. 

Seorang sultan yang lemah bisa saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi jabatannya oleh seorang tentara yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat. Kelebihan lain dari sistim oligarki ini adalah tidak adanya istilah senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan, melainkan lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang tentara tersebut.

Runtuhnya Kekuasaan Daulah Mamluk 

Perkembangan atas kemajuan yang di capai daulah Mamluk ini tercapai berkat kepribadian dan wibawa Sultan yang tinggi, menciptakan militer yang kuat dan menjaga kesetabilan negara yang aman dari gangguan. Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang, daulah Mamluk sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. 

Demikian bahasan sejara berdirinya daulah Mamluk di Mesir.
Semoga bermanfaat.