Kondisi Masyarakat Makkah Sebelum Islam


Dadanby - Sebelum ajaran Islam kembali diajarkan kembali oleh nabi Muhammad saw, masyarakat Mekkah dikenal dengan sebutan masyarakat jahiliyah atau bodoh, namun bukan berarti bodoh dalam hal ilmu pengetahuan, tapi bodoh dalam hal ketauhidan. Mereka senang berbuat dosa seperti membunuh bayi perempuan yang baru lahir, karena melahirkan bayi perempuan dianggap suatu aib atau kelemahan karena tidak bisa oakai untuk berperang.

Kondisi masyarakat Makkah sebelum Islam datang sangat menarik untuk di ketahui, khususnya oleh umat Islam sebagai umat yang terakhir dari umat baginda Nabi Muhammad Saw. Karena dari tempat inilah cahaya Islam kembali bersinar menyinari seantero alam sebagai agama yang rahmatan lil'alamiin.

Kondisi masyarakat Makkah sebelum Islam, terbagi kedalam 4 bagian, yaitu : 1) tentang kondisi kepercayaan, 2) kondisi sosial, 3) kondisi ekonomi, dan 4) tentang kondisi politik. Berikut adalah penjelasannya.

1.  Kondisi Kepercayaan

Sebelum cahaya Islam kembali datang menyinari daerah Jazirah Arabia, sebelumnya masyarakat Arab Mekkah sudah meyakini kepercayaan yang pernah di ajarakan oleh Nabi Ibrahim beserta putranya Isma'il yakni agama Tauhid.

Namun setelah Nabi Ismail meninggal dan masa kenabian terputus, kemudian masyarakat makkah mulai berpindah keyakinan. Hal ini disebabkan oleh salah seorang pembesar dari suku Kuza'ah yang bernama Amir bin Lubai. Ia pergi ke Syam dan disana ia melihat penduduk Syam melakukan penyembahan terhdap patung, sekembalinya dari Syam lalu ia mempraktekannya pada penduduk Makkah.

Amir bin Lubay juga pulang sambil membawa patung yang bernama Hubal, lalu ia letakan di Ka'bah dijadikan sebagai patung pemimpin dari patung Latta, Uzza dan manat. Pada saat musim haji tiba orang-orang yang datang bertanya kenapa harus menyembah patung? lalu di jawab itu hanya sebagai perantara saja untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.

Ketika para pendatang pulang ke daerah masing-masing, lalu mereka mempraktekan kembali tata cara menyembah patung. Semakin tersebarlah penyembahan terhadap patung di daerah Jazirah Arabia, bahkan masyarakat membuatnya sampai berjumlah 360 yang di letakan disekeliling Ka'bah.

2.  Kondisi Sosial

Sebelum ajaran Islam kembali menyinari daerah Makkah, masyarakat makkah dikenal dan disebut sebagai kaum Jahiliyah artinya (kaum yang bodoh). Istilah ini hanya berkisar pada keyakinan tentang kepercayaan dalam agama, namun dalam kehidupan sosialnya mereka adalah kaum yang pandai terutama di bidang sastra.

Masyarakat Arab waktu itu pandai-pandai dalam membuat syair, kedudukan orang yang pandai membuat Syair sangat dihargai, karena bisa dijadikan sebagai alat komunikasi. namun pada umumnya mereka menjadikan syair sebagai alat untuk membanggakan tentang kelebihan-kelebihan apa yang mereka punyai.

Bangsa Arab memiliki sifat pemberani, punya semangat tinggi dalam mencari nafkah, punya ketahan fisik yang kuat-kuat, punya daya ingat yang kuat, pecinta kebebasan, punya rasa loyalitas terhadap pemimpin, cara hidup yang sederhana dan sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat, dan kesukuan.

Kebiasaan mereka adalah meminum minuman Khamar, judi, berzina saling rampok merampok. dan yang paling buruk adalah menempatkan wanita pada posisi rendah. Mereka menganggap perempuan merupakan makhluk yang lemah tak punya kekutan dalam membela diri. Mereka berkeyakinan bahwa laki-laki memiliki keunggulan di banding perempuan.

Kodisi sosial yang paling buruk adalah mereka suka mengubur anak perempuan hidup-hidup ketika masih bayi, karena rasa malu mereka punya anak perempuan. Mereka menganggap perempuan tak mampu berperang untuk membela suku mereka. kondisi soaial lainya mereka memperjual belikan manusia yang di jadikan sebagai budak atau pesuruh untuk bekerja jadi pelayan.

3.  Kondisi Ekonomi 

Kondisi ekonomi masyarakat Arab sebelum Islam kembali datang sudah maju, sebagiah besar bangsa Arab Makkah waktu itu berdagang, yang sebahagian lainnya bertani dan berkebun. Bagi orang Arab Badui (pegunungan) peternakan menjadi sumber utama kehidupan mereka, mereka berpindah-pindah guna keperluan menggiring ternak-ternak mereka ke suatu wilayah yang sedang hujan dan subur, jadi kehidupan mereka berpindah dari suatu daerah ke daerah lain.

Masyarakat yang berada di wilayah perkampungan sangat mengandalkan peternakan, bahwa orang yang paling kaya di daerah itu adalah orang yang memiliki peternakan yang sangat banyak sehingga harus mendatangkan pengembala dari luar untuk bekerja mengurusi peternakan mereka. Kehidupan mereka makmur tidak susah daging dan susu karena bisa didapatkan langsung dari peternakan mereka.

Nabi Muhammad Saw, ketika tinggal di suku Bani Sa’ad, beliau juga pernah mengembala kambing milik orang kaya. Begitu juga halnya juga sahabat Umar bin Khattab, ibnu Mas’ud dan para sahabat yang lainya. 

Sedangkan untuk masyarakat Arab makkah wilayah perkotaan, pertanian hanya dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan daerah subur dekat dengan pengairan seperti Yaman, Thaif, Madinah, Najd, Khaibar dan lainya. Mereka tidak hanya mengandalkan hasil dari pertanian dan peternakan saja, mayoritas mereka memilih perniagaan sebagai mata pencahariannya, khususnya penduduk Makkah, mereka mempunyai pusat perniagaan yang istimewa. 

Allh SWT mengistimewakan bangsa Arab, hal itu Allah sampaikan melalui Qs. Al Ankabut 29 : 67 yang artinya : "Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah.

Suku terbesar waktu adalah suku Quraisy, yang memegang peranan penting dalam soal perdagangan di sekitar daerah Jazirah Arabia. Orang-orang yang berpengalaman berasal dari daerah Yaman yang kemudian bermukim di tanah Arab, sejak dahulu orang Yaman terkenal ahli dalam soal perdagangan. sedangkan Makkah adalah tempat yang sangat cocok untuk perdagangan karena sebagai tempat para peziarah dan yang akan melaksanakan Ibadah haji.

Allah SWT. Mengabadikan dalam Al-Quran tentang perjalanan mereka dalam usaha perdagangan yang sangat terkenal, yaitu musim dingin menuju Yaman, dan sebaliknya dagang musim panas ke kota Syam. Firman Allah QS. Quraisy 106 : 1-4.  

Pasar di daerah Ukazh, Mijannah, dan Zul Majaz merupakan pusat-pusat perdagangan yang sudah terkenal sejak lama yang di miliki orang-orang Arab. Fungsi pusat perdagangan ini bukan saja menjadi tempat transaksi perdagangan, tetapi juga menjadi pusat pertemuan para sastrawan, penyair, dan orator. Disini mereka saling menguji kemampuan.

Hewan Unta merupakan satusatunya alat transportasi yang mereka gunakan sebagai alat transportasi yang bisa diandalkan. Unta dianggap sebagai perahu padang pasir. Karena unta merupakan hewan yang menakjubkan yang memiliki kekuatan tangguh, mampu menahan haus dan mampu menempuh perjalanan yang jauh. 

Praktik Riba sudah lazim digunakan waktu itu, karena Makkah waktu itu sudah menjadi pusat perdagangan, maka cara-cara perdagangan yang menggunakan sistem Riba akibat terpengaruh oleh para pedagang yang datang dari bangsa dan kota lainnya. Bahasa Arab menjadi bahasa yang banyak digunakan karena banyaknya terjadi transaksi dalam kegiatan perniagaan.

4.  Kondisi Politik

Sebelum cahaya Islam datang, bangsa Arab di pengaruhi oleh tiga kekuatan politik besar, yaitu: 1) Kekaisaran Byzantium, 2) Kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta 3) Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan. 
Kondisi politik jazirah Arab terpengaruhi oleh dua hal, yaitu interaksi dunia Arab dengan kekaisaran Byzantium dan Persia. Kedua, persaingan antara Yahudi dan Zoroaster. 

Kekaisaran Byzantum/Romawi Timur ini berpusat di ibu kota Konstantinopel, dan di kuasai oleh kaiasar-kaisar yang merupakan pengganti kaisar romawi kuno setelah runtuhnya kekaisaran Romawi Barat. Pada abad ke 7 imperium ini telah meliputi Asia kecil, Siria, Mesir dan sebagian daerah Italia, serta sejumlah wilayah pesisir Afrika. 

Kekaisaran Persia merupakan kekaisaran Persia sebelum Islam, terakhir dipimpin oleh Dinasti Sassania (sasanid) mempunyai wilayah Iran, Irak, Armenia, Afganistan, Turki Bagian Timur, dan sebagian India, Suriah, Pakistan, Kaukasia, Asia tengah dan Arabia. 

Bangsa arab terdiri dari beberapa suku yang sangat fanatik yang berlebihan dan loyal pada pemimpin suku. Tidak jarang, peperangan terjadi antar suku. Seperti perang fujjar yang terjadi 15 tahun sebelum Rasul di utus menjadi nabi. 

Perang Fujjar merupakan perang saudara yang terjadi beberapa kali. Pertama perang antara suku Kinanah dan Hawazan, kemudian suku Quraisy dan Hawazan serta suku Kinanah dan hawazan lagi. Di sekitar daerah Jazirah Arab juga terdapat beberapa kerajaan yang pernah ada, di antaranya : 

1. Kerajaan Kindah
2. Kerajaan Ma’in dan kerjaan Qatban
3. Kerajaan Saba’ 
4. Kerajaan Himyar
5. Pendudukan Romawi di Yaman 
6. Pendudukan orang-Orang Persia atas Yaman 
7. Kerajaan Hirah 
8. Kerajaan Ghassan 
9. Hijaz

Suku Quraisy, memiliki sepuluh (10) jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah sukunya, di antaranya:

1. Hijabah, artinya (penjara kunci ka’bah)
2. Siqayah, artinya (penjara air mata Zam zam)
3. Diyat, artinya (Kekuasaan hakim sipil dan criminal)
4. Sifarah, artinya (kuasa usaha Negara atau duta)
5. Liwa, artinya (jabatan ketentaraan)
6. Rifada,h artinya (pengurus pajak bagi fakir miskin)
7. Nadwah, artinya (jabatan ketua dewan)
8. Khaimman, artinya (pengurus balai musyawarah)
9. Khazinah, artinya (jabatan administrasi keuangan)
10. Azlim, artinya (penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para dewa-dewa.

Itulah pembahasan mengenai kondisi Masyarakat Makkah sebelum Islam, semoga dengan mengetahui hal ini, umat Islam sebagai umat Nabi Muhammad Saw akan lebih memahami tentang hubungan bangsa Arab dengan bangsa lainnya di dunia terutama Indonesia.