Wajah Umat Muslim Dunia

Table of Contents

Dadanby - Sebagaimana yang diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW di utus sebagai Nabi dan Rasul di tengah-tengah kondisi masyarakat Arab yang masih jahiliyah. Kondisi jahiliyah di sini bukan berarti masyarakat Arab khususnya Makkah pada saat itu bodoh dari membaca dan menulis, namun justru pada saat itu kondisi sosial masyarakat Arab terkenal dengan ahli sastra dan syairnya.

Kondisi bangunan Ka’bah yang sudah sejak lama berdiri berada di tengah kota Makkah dipenuhi dengan patung-patung berhala yang menyerupai manusia dari yang kecil sampai yang terbesar dijadikan sebagai media tempat penyembahan oleh masyarakat Arab Makkah pada saat itu.

Singkat cerita, ketika Muhammad menginjak usia 40 tahun maka beliau diangkat sebagai nabi dan rasul, kemudian Nabi Muhammad berusaha mengembalikan masyarakat Arab Makkah agar kembali beragama Tauhid menyembah dan menuhankan Tuhan Sang Maha Pencipta alam semesta dan segala isinya yaitu Allah Subhanahu Wata’ala.

Penolakan demi penolakan terus terjadi, namun nabi Muhammad tidak dapat dihentikan meskipun banyak ancaman bahkan rayuan yang datang silih berganti, namun nabi Muhammad tidak bergeming sedikitpun meskipun beliau harus berperang mengangkat senjata demi menegakkan kembali Diinul Islam (agama Islam) di atas Bumi.

Begitu kerasnya penentangan dan penolakan dari sebagian masyarakat Makkah terutama yang berasal dari kalangan pembesar-pembesar Quraisy, maka nabi Muhammad dan kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke daerah luar Makkah seperti ke Habasyah (Habsy/Ethiopia dan ke Madinah).

Dari Madinahlah Islam kembali memancar dan terus berkembang pesat, sehingga pada akhirnya nabi Muhammad dan kaum muslimin kembali ke Makkah dan membebaskan kembali kota Arab Makkah khususnya Ka’bah dari segala bentuk kesyirikan seperti menghancurkan semua berhala-berhala yang sudah lama berdiri yang menjadi tempat penyembahan masyarakat Arab Makkah dari beberapa generasi ke belakang.

Kemudian tak lama setelah itu, nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin melaksanakan ibadah haji. Pelaksanaan ibadah haji ini merupakan ibadah haji terakhir yang dilaksanakan oleh baginda Nabi Muhammad, kemudian dalam khutbah terakhirnya beliau menyampaikan beberapa wasiat yang diantaranya disampaikan bahwa ajaran Islam telah sempurna.

Kesempurnaan ajaran Islam ini disampaikan oleh baginda Rasulullah SAW, menandakan bahwa ajaran Islam tinggal dilaksanakan dan dipelajari kembali sesuai dengan apa yang sudah Rasulullah lakukan dari mulai perkataan, perbuatan dan ketetapan yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits-hadits yang sahih.

Pertumbuhan dan Perkembangan Islam
 
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, kepemimpinan umat Islam silih berganti di pegang oleh para sahabat, tabiin, tabiut tabiin dan umat Islam, diantaranya:

1. Masa Khulafaur Rasyidin

Setelah Nabi Muhammad wafat maka kepemimpinan umat islam dipegang oleh sahabat terdekatnya seperti Abi Bakar ash-shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Adapun masa kepemimpinan ini disebut dengan masa Khulafaur Rasyidin. Masa Khulafaur Rasyidin bertahan selama 30 tahun.

2. Masa Daulah Umayyah

Setelah masa Khulafaur Rasyidin mengalami keruntuhan, kemudian dilanjutkan ke masa pemerintahan Umayyah atau Dinasti Umayyah, di sebut dinasti sebab dari masa inilah terjadi perubahan sistem dalam pemerintahan yang semula demokratis diganti menjadi sistem monarki (kerajaan) dalam artian kekuasaan seorang ayah dapat dilanjutkan oleh anak, cucu dan seterusnya.

Kemudian masa dinasti Umayyah ini mengalami keruntuhan. Adapun masa kekuasaan dinasti Umayyah ini berlangsung selama 90 tahun (680-750 M) dengan jumlah khalifah sebanyak 14 khalifah.

3. Masa Daulah Abbasiyah

Setelah kejatuhan dinasti Umayyah, kemudian muncullah Dinasti Abbasiyah sebagai pengganti pemerintahan. Dimasa inilah pancaran islam dan budayanya menjadi ikon bahkan menjadi pusat peradaban dunia. Baghdad menjadi kota tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu baik ilmu pengetahuan agama maupun umum.

Pemerintahan dinasti Abbasiyah pun mengalami kemunduran hingga kejatuhannya, setelah kurang lebih 524 tahun berkuasa dari sejak 750-1258 Masehi, dengan jumlah khalifah sebanyak 37 orang khalifah dari empat periode pemerintahan.

4. Masa Daulah Ayyubiyah

Kemudian berdirilah Dinasti Ayyubiyah di Mesir, dinasti ini berdiri diatas puing-puing dinasti fatimiyah yang bermazhab Syi’ah, kemudian setelah Sahalahuddin yusuf Al-Ayyubi berkuasa faham syi’ah yang menjadi asas pemerintahan diganti dengan Sunni.

Dinasti Ayyubiyah berkuasa selama kurang lebih 75-79 tahun mulai dari tahun 1171-1252 Masehi dan pernah dipimpin oleh 9 orang khalifah. Setelah sekian lama berkuasa akhirnya Dinastio Ayyubiyahpun mengalami kemunduran hingga keruntuhannya.

5. Masa Daulah Mamluk

Setelah dinasti Ayyubiyah mengalami keruntuhan, kemudian muncullah dinasti baru yang bernama Dinasti Mamluk atau dinasti para budak yang dimulai sejak tahun 1250-1517, dnasti ini adalah sebagai pelanjut Dinasti Ayyubiyah yang berfaham sunni dan ibukotanya tetap masih berada di Mesir.

Dinasti Mamluk di pimpin oleh 47 orang khalifah yang rata-rata masa kekuasaannya bertahan sampai 6 tahun. Namun akhirnya lambat laun dinasti mamluk juga mengalami kemunduran, sebab sudah tak mampu lagi menjaga kestabilan keamanan negara.

6. Masa Daulah Utsmaniyah

Kemudian pemerintahan Islam dilanjutkan dengan kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman (Turki Utsmani), meskipun namanya mirip dengan nama sahabat Rasulullah SAW yakni Utsman bin Affan, namun pemerintahan ini tidak dinisbatkan kepada sahabat Rasulullah karena jaraknya sudah jauh sekali.

Setelah sekian lama berkuasa, yaitu mulai sejak tahun 1281-1922 Masehi dan secara resmi kekhalifahan Utsmaniyah dibubarkan pada tahun 1924 Masehi dengan segala kemajuan yang diraih dalam berbagai bidang, maka kekhalifahan Islam yang dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin tersebut belum berdiri lagi kembali sampai sekarang.

Semua kekhalifahan yang pernah berkuasa, semuanya mampu menjaga dan melindungi tanah Syam yang salah satunya adalah negeri Palestina yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha yang berada di dalam komplek Baitul Makdis. Kala itu negeri Palestina menjadi negeri yang aman dan damai karena mampu di jaga oleh semua pemerintahan Islam selama berabad-abad lamanya.

Semua para pemimpin dunia mengetahui, bahwa Palestina adalah jantungnya dunia maka siapapun yang dapat menguasai Palestina maka ia akan menguasai dunia. Maka setiap kekhalifahan senantiasa menjaga agar Bumi Palestina terlindungi dari segala penjajahan dan penjarahan bangsa-bangsa lain di dunia.

Faktor-Faktor Penyebab Keruntuhan Kekhalifahan

Setiap kejadian atau peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupan sosial dan bernegara selalu ada sebab musababnya, berikut adalah faktor-faktor penyebab runtuhnya kekhalifahan Islam, diantaranya:
  1. Terjadinya perebutan kekuasaan dikalangan keluarga dan para pejabat istana
  2. Melemahnya sistem politik yang dijalankan oleh pemerintahan
  3. Hilangnya semangat juang dalam bidang keagamaan para khalifah dalam menjalankan roda pemerintahan
  4. Kemerosotan moral dari para khalifah seperti merebaknya kasus korupsi dan pelanggaran dalam beragama dikalangan para pejabat demi meraih kesenangan dunia serta berlomba-lomba memiliki perbendaharaan harta benda kemewahan dunia.
  5. Terjadinya perpecahan dalam tubuh umat Islam yang ditandai dengan munculnya perbedaan-perbedaan faham, mazhab, aliran, sekte agama dalam ajaran Islam.
  6. Penyebab langsung keruntuhan kekhalifahan adalah dengan datangnya penyerbuan dari musuh-musuh negara yang tidak dapat di tangkis lagi karena sistem pertahanan negara sudah lemah dan dapat dikalahkan oleh para musuh negara.

Dari sejumlah daftar tersebut, yang paling mendasar dan sangat besar pengaruhnya terhadap kemunduran dan keruntuhan pada suatu peradaban adalah terjadinya perpecahan dikalangan umat itu sendiri, sedangkan buah dari perpecahan adalah kehilangan dan itu sudah terbukti terjadi.

Penyebab Terjadinya Perpecahan

Sebab terjadinya perpecahan dalam tubuh umat Islam dapat ditimbulkan dari berbagai sudut pandang seperti misalnya dari hal-hal berikut ini:
  1. Terbukanya pintu-pintu Ijtihad dikalangan Ulama hasil daya pikir manusia
  2. Munculnya berbagai mazhab dalam ajaran Islam yang membingungkan umat
  3. Munculnya berbagai nama organisasi masa (Ormas) dalam tubuh umat Islam
  4. Timbulnya perasaan paling benar dibandingkan yang lain antar sesama umat
  5. Pengkultusan terhadap ulama-ulama terdahulu dan karyanya, sehingga sering kali mengesampingkan apa-apa yang sudah ada dalam Al-Quran dan hadis-hadis sahih yang berasal dari Rasulullah saw.
  6. Terjadinya Ashobiyah atau Taasub yang berarti fanatik buta atas dasar kesamaan baik golongannya, mazhabnya, benderanya atau sukunya.

Dari sejumlah daftar tersebut yang paling terasa adalah terjadinya Ashobiyah atau fanatik buta, baik itu terhadap benderanya, golongannya maupun kesukuannya. Padahal ajaran Islam sudah jelas-jelas tidak memandang suku dan golongan manusia akan tetapi dari segi ketakwaannya.

Penutup

Secara sederhananya dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui dimana letak wajah umat muslim dunia saat ini adalah ketika kita melihat kondisi tanah Syam terutama Palestina yang di dalamnya terdapat Baitul Makdis yang pernah menjadi kiblat pertama umat muslim dan menjadi saksi sejarah tentang adanya peristiwa Isra’ Mi’raj dan peristiwa ketika Nabi Muhammad pernah mengimami Shalat 124.000 Nabi dan Rasul.

Bumi Palestina adalah tanah yang diberkati, bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda dalam salah satu hadistnya. 

Dari Sa’id bin Musayyib menuturkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh melakukan perjalanan (ibadah) kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha. (HR. Bukhari Muslim dan Abu Dawud).

Maka, jika kita melihat bumi Palestina dalam keadaan baik-baik saja aman dan damai, maka kondisi umat Islam dunia itu dalam keadaan baik. Namun bila kondisi Palestina dalam keadaan tidak baik atau rusak, maka kondisi umat Islam dunia itu dalam keadaan tidak baik. Wallaahu A'lam.
Dan's
Dan's العِلْمُ صَيْدٌ وَ الْكِتَابَةُ قَيْدُهُ

Post a Comment