Kisah Nabi Harun AS, Sang Juru Bicara Nabi Musa AS

Kitab suci al-Qur'an menyebutkan nama Harun sebanyak dua puluh kali, Harun diangkat sebagai nabi takala nabi Musa memohon kepada Allah agar saudaranya tersebut dapat menyertainya dalam melaksanakan tugas kenabiannya yaitu untuk berdakwah kepada Fir'aun, Harun menjadi juru bicara nabi Musa ketika menghadap Fir'aun ataupun pada saat menghadapi umat nabi Musa as.  


Ketika nabi Musa berhasil membawa umatnya keluar dari Mesir dan selamat dari kejaran Fir'aun dan tentaranya yang ingin membunuh mereka. Tibalah nabi Musa mendapatkan Wahyu dari Allah SWT, lalu ia memerintahkan nabi Harun agar menjaga umatnya jangan sampai mereka kufur. Kemudian Nabi Musa naik ke Gunung Thursina untuk berkhalwat dan berpuasa selama empat puluh hari. 

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam surah Al-Mu'minun ayat 45-46, berbunyi:

ثُمَّ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى وَاَخَاهُ هٰرُوْنَ ەۙ بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ ٤٥ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا قَوْمًا عَالِيْنَ ۚ ٤٦

Artinya: "Kemudian, Kami utus Musa dan saudaranya, Harun, dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami dan bukti yang nyata. Kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya. Akan tetapi, mereka angkuh dan sejak dahulu mereka adalah kaum yang sombong. (Qs. Al-Mu'minun ayat 45-46)

Silsilah Nabi Harun

Harun adalah seorang Bani Israil, yakni mereka yang merupakan keturunan Ya'qub. Disebutkan bahwa Ya'qub awalnya tinggal di Palestina (tanah Kanaan). Putra kesebelas Ya'qub, Yusuf, yang telah menjadi orang kepercayaan raja kemudian mengundang Ya'qub dan keluarganya yang ada di Palestina untuk tinggal di Mesir lantaran terjadi musim paceklik hebat. Mereka kemudian beranak-pinak di sana.

Ayah Harun bernama Imran, ia merupakan salah seorang keturunan dari Lewi, putra ketiga nabi Yakub. Ibu Harun adalah Yokhebed, keturunan Lewi yang juga merupakan saudari dari ayah Imram. Silsilahnya adalah Harun bin Imran bin Qahits bin Lewi bin Ya'qub.

Kelahiran Nabi Harun

Alkitab menyebutkan bahwa setelah Yusuf dan orang-orang seangkatannya meninggal, naiklah penguasa Mesir yang tidak mengenalnya. Raja ini khawatir lantaran jumlah Bani Israil dirasa lebih banyak dari kaumnya dan ditakutkan mereka akan berkhianat lalu bergabung dengan musuh jika terjadi perang, sehingga ia memerintahkan agar mereka dipaksa melakukan pekerjaan keras. Fir'aun bermimpi melihat api dari Baitul Maqdis (Palestina) datang dan menghancurkan rumah-rumah bangsa Qibti, tapi tidak dengan rumah Bani Israil.

Dia memerintahkan para bidan yang membantu persalinan para perempuan Bani Israil, namanya Sifra dan Pua, untuk membunuh tiap bayi laki-laki yang lahir. Namun mereka tidak melakukannya karena takut akan Allah. Saat ditanya alasannya, mereka berdalih bahwa para perempuan Bani Israil kuat sehingga dapat melahirkan sendiri sebelum para bidan tiba.

Bangsa Qibti mengeluh pada Fir'aun lantaran jumlah Bani Israil menjadi terlalu sedikit untuk mengerjakan pekerjaan keras karena kebijakan pembunuhan bayi laki-laki tersebut, sehingga dikhawatirkan bangsa Qibti yang nantinya akan mengurus berbagai pekerjaan kasar itu.

Kemudian fir'aun kemudian mengadakan kebijakan berselang-seling: satu tahun tidak dilangsungkan pembunuhan bayi dan tahun berikutnya dilakukan pembunuhan bayi. Harun lahir pada saat kebijakan pembunuhan bayi tidak dijalankan.

Dakwah Nabi Musa dan Harun pada Fir'aun

Al-Qur'an mengisahkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun, menyatakan diri sebagai utusan Allah, dan meminta agar Fir'aun membebaskan Bani Israil. Terjadi dialog di antara mereka mengenai Allah. Fir'aun mengungkit masa lalu Musa yang dibesarkan di istana dan kesalahan Musa dulu, yakni membunuh seorang bangsa Mesir. Fir'aun menganggap Musa dan Harun sebagai orang yang gila dan menyatakan bahwa siapa yang menyembah selain padanya akan dipenjara. 

Selanjutnya, Musa menunjukkan mukjizatnya, yakni tongkat yang menjadi ular dan tangannya yang menjadi putih. Fir'aun dan pengikutnya menertawakannya dan menganggap bahwa hal itu hanyalah sihir belaka. Fir'aun menolak beriman pada Musa dan Harun yang dianggap berusaha memalingkannya dari kepercayaan leluhur, juga menganggap mereka berusaha merebut kekuasaan di Mesir dan akan mengusir Fir'aun dan pengikutnya.

Kedua belah pihak kemudian menyepakati perjanjian untuk mengadakan pertandingan terbuka di hari raya antara Musa dan Harun dengan ahli-ahli sihir Mesir. Kepada para ahli sihir Mesir, Fir'aun menjanjikan kedudukan yang dekat dengannya bila mereka memenangkan pertandingan. Para penyihir itu kemudian melemparkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka dan menyihirnya menjadi ular. 

Nabi Musa sempat gentar, tetapi Allah menguatkannya. Musa kemudian melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Ular Musa memakan ular-ular para penyihir itu. Para penyihir tersebut kemudian bersujud dan menyatakan keimanan mereka kepada Tuhannya Harun dan Musa. Fir'aun mengancam akan menyiksa para penyihir itu, tetapi mereka tetap teguh mengimani Musa.

Alkitab menyebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun dan memintanya agar membiarkan orang Israel bersama mereka untuk pergi ke padang gurun sejauh perjalanan tiga hari untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Namun Fir'aun menolak permintaan mereka dan berkata bahwa dia tidak mengenal Tuhan yang dimaksud Musa dan Harun. Tidak hanya melarang mereka keluar, Fir'aun bahkan menitahkan untuk memperberat pekerjaan orang Israel. 

Bani Israil diperintahkan mencari jerami sendiri, sebelumnya mereka menerima pasokan, tetapi tetap harus menyelesaikan jumlah batu bata sesuai target seperti sebelumnya. Lantaran hal ini, mandor-mandor Bani Israil menyalahkan Musa dan Harun. Alkitab juga menyebutkan bahwa ketika Musa dan Harun menghadap Fir'aun lagi, Harun melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. 

Fir'aun kemudian memanggil ahli-ahli sihir. Mereka melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular, tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat para ahli sihir itu. Meski demikian, Fir'aun tetap berkeras hati. Disebutkan bahwa Musa saat itu berusia 80 tahun dan Harun berusia 83 tahun.

Al-Qur'an menyebutkan tanggapan Bani Israil terhadap Musa dan seruannya. Disebutkan bahwa keturunan kaum Musa beriman, juga takut bahwa Fir'aun dan pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sebagian mengeluh dan menyebutkan bahwa mereka ditindas baik sebelum maupun sesudah Musa datang. Sebagian menyatakan bahwa mereka bertawakal pada Allah dan berdoa untuk diselamatkan dari orang-orang kafir.

Fir'aun sendiri tetap tidak beriman pada seruan Musa dan Harun. Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa Fir'aun menyatakan bahwa kerajaan Mesir adalah miliknya dan sungai-sungai mengalir di bawahnya. Dia juga mengejek Musa yang tidak ahli dalam berbicara, juga karena Musa tidak memakai gelang dari emas atau tidak diiringi para malaikat. 

Perkataan Fir'aun tersebut berhasil mempengaruhi para pengikutnya. Lebih jauh, Fir'aun menyatakan tidak ada tuhan bagi kaumnya selain dirinya sendiri dan memerintahkan tangan kanannya, Haman, untuk mendirikan bangunan tinggi agar dapat melihat Tuhannya Musa. Disebutkan pula bahwa ada ada seorang dari keluarga Fir'aun yang beriman pada Musa dan menyeru bangsa Mesir agar turut beriman.

Azab dan Bencana

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Mesir ditimpa kemarau bertahun-tahun sebagai salah satu peringatan Allah, tetapi Fir'aun dan para pengikutnya menyalahkan Musa dan pengikutnya sebagai sebab kesialan yang mereka terima. Jika mereka mendapat kemakmuran, para penentang Musa menyebutkan bahwa itu karena usaha mereka. Mereka juga menegaskan bahwa bukti apa saja yang dibawa Musa dan Harun untuk menyihir mereka, mereka tetap tidak akan beriman. 

Negeri Mesir kemudian dilanda topan, serangan belalang, wabah kutu, menyebarnya katak-katak di sepenjuru negeri, dan air minum bangsa Mesir berubah menjadi darah. Fir'aun dan pengikutnya memohon pada Musa agar dia dapat mendoakan mereka agar terbebas dari segala bencana tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israil pergi bersamanya. Namun setelah azab tersebut hilang, mereka mengingkari janjinya.

Dalam Alkitab disebutkan bahwa Allah menimpakan sepuluh tulah atau azab kepada bangsa Mesir. 

1. Tulah pertama, darah. Harun memegang tongkat dan mengulurkan tangannya ke atas sungai, selokan, kolam, dan semua sumber air Mesir, dan semua air tersebut berubah menjadi darah. Namun ahli-ahli sihir Fir'aun juga dapat membuat hal yang sama sehingga Fir'aun tetap menolak permintaan Musa. 

2. Tulah kedua, katak. Harun mengulurkan tangannya dengan tongkat ke perairan Mesir dan keluarlah katak-katak dalam jumlah besar dan memenuhi Mesir. Fir'aun kemudian meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israil pergi. Namun Fir'aun mengingkari janjinya setelah katak-katak tersebut hilang. 

3. Tulah ketiga, nyamuk. Harun memukulkan tongkatnya pada debu tanah dan muncullah nyamuk yang menghinggapi manusia dan binatang.

4. Tulah keempat, lalat. Lalat pikat mengerubuti negeri Mesir, termasuk istana Fir'aun dan pegawai-pegawainya, tapi tidak dengan kediaman Bani Israil. Fir'aun meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israil pergi, tetapi kemudian Fir'aun mengingkari janjinya lagi.

5. Tulah kelima, sampar. Hewan-hewan ternak bangsa Mesir mati terkena penyakit sampar, tapi tidak dengan milik Bani Israil. 

6. Tulah keenam, barah atau bisul. Musa menggambil segenggam abu dari tempat pembakaran dan menghamburkannya di udara. Abu itu menjadikan manusia dan hewan terkena bisul bernanah, termasuk ahli sihir Fir'aun.

7. Tulah ketujuh, hujan es. Musa mengangkat tongkatnya ke langit, kemudian turunlah hujan es dahsyat disertai petir yang sambar-menyambar. Seluruh negeri Mesir dilanda hujan es, kecuali daerah pemukiman Bani Israil. Fir'aun meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan tulah tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israil pergi, tetapi kemudian Fir'aun mengingkari janjinya lagi.

8. Tulah kedelapan, belalang. Musa mengacungkan tongkatnya ke langit dan bertiuplah angin timur membawa belalang yang sangat banyak jumlahnya dan memenuhi Mesir. Fir'aun kembali memohon untuk menghilangkan bencana yang muncul, tapi kembali mengingkari janjinya setelah tulah tersebut hilang. 

9. Tulah kesembilan, kegelapan. Mesir dilanda kegelapan selama tiga hari, tapi tidak dengan pemukiman Bani Israil.

10. Tulah kesepuluh, kematian anak sulung. Berbeda dengan tulah sebelumnya yang hanya menimpa bangsa Mesir dan tidak mengenai Bani Israil tanpa melakukan upaya perlindungan khusus, tulah terakhir ini merata dan dapat mengenai siapa saja. Sebelum tulah turun, Allah memerintahkan Musa agar Bani Israil meminta perhiasan emas dan perak dari tetangga-tetangga mereka bangsa Mesir. Bangsa Mesir kemudian memberikannya. Bani Israil diperintahkan Allah untuk menyembelih, memanggang, dan memakan seekor domba atau kambing jantan, serta darah hewan tersebut ditorehkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu pada tiap-tiap rumah keluarga Bani Israil yang memakannya. Malamnya, matilah semua anak sulung bangsa Mesir, mulai anak raja sampai anak tahanan. Semua ternak yang pertama lahir juga mati. Malam itu juga, Fir'aun memanggil Musa dan Harun dan menyuruh mereka pergi dari Mesir bersama Bani Israil.

Keluar dari Mesir

Al-Qur'an menyebutkan bahwa rombongan Bani Israil dipimpin Musa dan Harun keluar pada malam hari. Fir'aun kemudian mengirim utusan ke kota-kota guna menghimpun pasukan untuk mengejar Bani Israil dan mereka berhasil menyusul saat matahari terbit. Maka saat kedua kelompok tersebut dapat saling melihat, sebagian Bani Israil ketakutan, "Kita benar-benar akan tersusul." Allah mewahyukan agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan laut terbelah. 

Setiap bagian laut tersebut seperti gunung dan Bani Israil melewati jalan kering di antara laut yang terbelah tersebut. Fir'aun dan pasukannya mengejar Bani Israil, tetapi sebelum sampai di tepi, laut tersebut menutup kembali sehingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam. Di saat-saat terakhir, Fir'aun berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan Yang dipercayai Bani Israil dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri." Meski demikian, Allah tidak menerima pertobatan Fir'aun. Meski demikian, jasad Fir'aun terjaga untuk menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.

Para ulama memberikan beberapa keterangan tambahan yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Saat laut terbelah, Fir'aun justru menyombongkan diri dan menyatakan bahwa laut itu terbelah demi dirinya agar bisa mengejar Bani Israil. Sebenarnya pasukan Fir'aun dan kuda-kuda mereka ragu untuk maju, tetapi Jibril kemudian muncul dalam wujud seorang pemuda yang menunggang kuda betina sehingga kuda-kuda jantan Fir'aun dan pasukannya mengejarnya. Saat Fir'aun bertobat, Jibril mengambil pasir lautan dengan sayapnya, kemudian memukulkan pada wajah Fir'aun dan menguburnya.

Dalam Alkitab, Allah memerintahkan Musa mengambil jalan memutar dan berkemah di tepi laut agar Fir'aun menyangka rombongan Bani Israil tersesat. Saat terlihat Fir'aun dan pasukannya menyusul, Bani Israil menjadi sangat ketakutan dan menyalahkan Musa. Namun Allah memerintahkan malaikat yang berjalan di depan Bani Israil untuk berpindah ke belakang mereka sehingga menimbulkan kegelapan di antara tentara Mesir dan orang Israel sepanjang malam dan pasukan Fir'aun tidak dapat mendekati Bani Israil malam itu. 

Kemudian Musa diperintahkan untuk mengulurkan tangannya ke atas laut dan angin dari timur bertiup semalaman sehingga membelah air laut dan menciptakan jalan kering di tengahnya. Bani Israil menyeberang laut lewat jalur kering tersebut, sementara air laut membentuk tembok di kiri dan di kanan mereka. Pasukan Fir'aun menyusul dan saat sampai di tengah laut, roda kereta kuda mereka menjadi miring sehingga sulit untuk maju. Musa kemudian mengulurkan kembali tangannya ke laut dan laut tersebut kembali menyatu, menenggelamkan Fir'aun dan pasukannya, dan mayat-mayat mereka terdampar di pantai. Setelahnya, rombongan Bani Israil menyanyikan lagu syukur kepada Allah dipimpin oleh Musa dan Miryam.

Diterangkan dalam Alkitab bahwa saat berada di Rafidim, bangsa Amalek menyerang Bani Israil. Musa kemudian memerintahkan Yosua (Yusya' dalam Islam) bin Nun untuk memilih beberapa orang dan bertarung melawan Amalek. Bersama Harun dan Hur, Musa naik ke atas bukit. Saat Musa mengangkat tangannya, Bani Israil menang, tetapi saat menurunkan tangan, Amalek yang menang. Saat Musa kelelahan, Harun dan Hur mengambil batu untuk Musa duduk dan mereka berdua menopang tangan Musa sampai matahari terbenam. Pasukan Yosua akhirnya berhasil mengalahkan Amalek.

Gunung Sinai (Thursina)

Al-Qur'an dan Alkitab menjelaskan bahwa Allah kemudian memerintahkan Musa untuk naik ke atas gunung selama empat puluh hari empat puluh malam. Selama Musa pergi, Harun dipasrahi untuk mengurus Bani Israil. Di atas gunung itu, Allah menuliskan hukum-hukum-Nya pada dua luh atau keping batu. Alkitab menyebutkan bahwa saat di gunung, Allah memberikan berbagai hukum dan perintah, di antaranya adalah menetapkan Harun dan keturunannya menjadi imam.

Patung Anak Sapi

Ketika nabi Musa turun dari bukit Thursina ia terkejut, ternyata kaumnya telah tersesat. Mereka berpesta pora dan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Kemudian nabi Musa menegur saudaranya yakni nabi Harun yang telah dititipi agar menjaga umatnya. Nabi Harun berkata: Bahwa ia sudah memperingatkan mereka, namun mereka tak menganggapnya.

Setelah diselidiki ternyata Samirilah orang yang telah mengajak orang-orang itu membuat patung anak sapi dan menyembahnya, nabi Musa marah sekali. Kemudian Samiri diusir tidak boleh bergaul dengan masyarakat, sebab Samiri terkena kutukan, jika ia disentuh atau menyentuh manusia maka badannya akan menjadi demam panas.

Kemudian nabi Musa memerintahkan kaumnya yang telah tersesat karena menyembah patung anak sapi supaya bertobat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat. 

Tujuh puluh orang diantara kaumnya diajak ke bukit Thursina, mereka adalah orang-orang terbaik, diajak nabi Musa untuk memohonkan ampun buat kaumnya yang berdosa. setibanya di atas bukit, datanglah awan tebal yang menyelimuti seluruh bukit. Nabi Musa dan kaumnya masuk kedalam awan itu dan mereka segera bersujud.

Pada saat bersujud itu mereka mendengar percakapan nabi Musa dengan Tuhannya (Allah), pada saat itulah timbullah keinginan di benak mereka untuk melihat Allah. Setelah nabi Musa selesai bercakap-cakap dengan Allah, mereka berkata kepada nabi Musa: Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan terang.

Sebagai jawaban kontan atas kelancangan mereka itu, Allah mengirimkan Halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.

Nabi Musa merasa sedih melihat nasib kelompok tujuh puluh itu. Mereka adalah orang-orang terbaik yang dikumpulkan dari kaumnya, ia memohon kepada Allah agar mereka diampuni dosanya dan dihidupkan kembali lagi.

Kemudian Allah mengabulkan do'anya, tujuh puluh orang yang sudah mati itu dihidupkan kembali. Kemudian nabi Musa menyuruh orang-orang itu bersumpah untuk berpegang teguh dengan kitab Taurat sebagai pedoman hidup dan melaksanakan perintahnya serta menjauhi larangannya.

Wafatnya Nabi Harun

Dalam tradisi Islam, Harun dimakamkan di sebuah tempat bernama Gunung Harun yang berada di dekat Petra, Yordania.

Post a Comment for "Kisah Nabi Harun AS, Sang Juru Bicara Nabi Musa AS"