Tradisi dan Budaya Islami Daerah Melayu


Dadanby - Wilayah negara Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan kaya akan budaya Nusantara. Masyarakat muslim di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa itupun mempunyai banyak tradisi tersendiri. Suku melayu merupakan rumpun bagi bangsa Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya dan aneka ragam budayanya, meskipun mempunyai latar belakang yang berbeda tapi dapat disatukan dibawah naungan bendera merah putih.

Berikut adalah tradisi dan budaya islami yang ada di daerah Melayu, diantaranya :

1. Petang Megang 

Tradisi di Pekanbaru ini memiliki arti yang sesuai dengan namanya. Kata petang di sini berarti petang hari atau sore hari, sesuai dengan waktu dilaksanakan tradisi ini yang memang dilaksanakan pada sore hari. 

Sedangkan Megang di sini berarti memegang sesuatu yang juga dapat diartikan memulai sesuatu. Hal ini sesuai dengan waktu diadakan tradisi ini yaitu sebelum Ramadhan dan ingin memulai sesuatu yang baik dan suci yaitu puasa. 

Tradisi Petang Megang dilaksanakan di Sungai Siak. Hal ini mengacu pada leluhur suku Melayu di Pekanbaru yang memang berasal dari Siak. Tradisi ini diawali dengan ziarah ke berbagai makam pemuka agama dan tokoh-tokoh penting Riau. 

Ziarah dilakukan setelah sholat Dzuhur. Lalu, dilanjutkan dengan ziarah utamanya yaitu ziarah ke makam Sultan Muhammad Ali Abdul 

Jalil Muazzam Syah, yang juga dikenal dengan nama Marhum Pekan. Beliau merupakan sultan kelima Kerajaan Siak Sri Indrapura (1780-1782 M) dan juga pendiri kota Pekanbaru. 

2. Mandi Balimau Kasai 

Balimau Kasai adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa untuk menyambut bulan suci Ramadan. Acara ini biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. 

Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah wangiwangian yang dipakai saat berkeramas. 

Bagi masyarakat Kampar, pengharum rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa. 

3. Jalur pacu, Kuantan Singingi 

Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya memiliki tradisi yang mirip dengan lomba dayung. Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu menyambut acara tersebut. 

Tradisi yang hanya digelar setahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam. 

4. Tahlil Jamak/Kenduri Ruwah

Kepulauan Riau Warga Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, punya tradisi khas menyambul datangnya bulan puasa, yaitu menggelar Tahlil Jamak atau Kenduri Ruwah. Tahlil Jamak itu berupa zikir serta berdoa untuk para arwah orang tua atau sesama muslim. 

Selain doa, juga dilaksanakan kenduri dengan sajian menu kenduri yang bersumber dari sumbangan sukarela warga. Tradisi tersebut disatukan sejak berdirinya Masjid Penyengat. Bahkan, sampai saat ini, Kenduri Ruwah masih dilakukan secara berjamaah di masjid tersebut. 

5. Tradisi Barzanji / Simtud Duror

Adat Tradisi Barzanji merupakan tradisi Melayu yang berlangsung hingga kini. Tradisi ini terus mengalami perkembangan dengan berbagai inovasi yang ada. Misalnya, penggunaan alat musik modern untuk mengiringi lantunan Barzanji dan shalawat. 

Barzanji menghubungkan praktik tradisi Islam masa kini dengan tradisi Islam di masa lalu. Selain itu, melalui Barzanji masyarakat Melayu Islam dapat mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Muhammad Saw. 

Dari perayaan pembacaan Barzanji ini, ada banyak nilai-nilai yang dapat kita ambil. Misalnya, menambah kecintaan kita terhadap baginda Rasul. Dan dari syair-syair tersebut kita dapat mengambil hikmah dari kehidupan Nabi Muhammad saw. 

Dengan kegiatan tradisi ini, dapat membuka ruang sosialisasi antar satu dengan lainnya sehingga mempererat hubungan tali silaturrahmi. Dan dengan perpaduan antara budaya Islam dan Indonesia akan melahirkan budaya baru sehingga memperkaya kebudayaan Indonesia.

Demikianlah pembahasan mengenai tradisi dan budaya Islami daerah Melayu.