22 Alat Permainan Ala Anak Kampung (Zaman Dulu)

Kehidupan dimasa anak-anak merupakan masa dimana semua aktivitas kehidupannya di penuhi dengan beragam permainan, meski begitu orang dewasa juga masih menyukai permainan. Banyaknya ragam jenis permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk kebutuhan hiburan dalam rangka untuk mengisi kekosongan waktu luang maupun ditengah-tengah kesibukan.


Sekitar tahun 90-an, jauh sebelum era digital ada, masih teringat ketika jalanan masih berlumpur tanah merah, lampu minyak tanah masih terbuat dari kaleng-kaleng bekas sebab listrik belum masuk pedesaan segala aktivitas kehidupan hanya tercurah di siang hari saja, hanya sedikit saja kegiatan yang dilakukan di malam hari karena minimnya pencahayaan.

Waktu itu permainan anak-anak dusun di perkampungan di pedesaan masih sangat jauh dari kesan kemajuan zaman, namun hal itu tidak mengurangi rasa ceria dan rasa kebahagiaan. 

Meskipun hanya bermodalkan dari bahan-bahan yang mudah di dapatkan dari alam lingkungan sekitar, tapi mampu menjadikannya sebuah permainan yang mengasyikkan. Berikut adalah 22 cara bermain ala anak kampung yang biasa dimainkan anak pedusunan, diantaranya:

1. Gegerelengan

Permainan gegerelengan ini bahannya berupa ban sepeda atau motor bekas atau dari bambu bekas lilitan yang pernah di pakai tampir (untuk membersihkan beras dari gabah). Bahan untuk pengendali atau mendorongnya terbuat dari bambu yang dibelah, panjangnya sekitar 40 cm.

Cara memainkannya: Ban bekas atau lingkaran belahan bambu tadi di dorong-dorong ke depan agar berputar, sambil berlari-lari dan mengatur Ban tadi agar terus melaju dengan bambu pendorong yang dipegang.

2. Gatrik

Gatrik ini bahannya terbuat dari bambu yang dibelah, sebagai alat pemukulnya bambu belahnya berukuran panjang 40 cm dan lebarnya sekitar 3 cm. bambu gatrik yang dipukulnya panjangnya sekitar 15 cm dan lebarnya 3 cm.

Cara memainkannya : menggali sebuah lobang di tanah untuk menaruh gatrik bambunya, menyimpannya setengahnya ke tanah yang setengahnya lagi ke atas menyimpannya agak miring sekitar 45 derajat ke atas, nah yang di atas itulah untuk dipukul.

Ketika dipukul dia naik keatas sambail berputar, ketika berputar itulah dipukul lagi dengan pemukul bambu yang berukuran panjang itu sejauh-jauhnya karena yang paling jauh dia yang menang.

3. Sodlah

Sodlah bahannya hanya dari genting bekas yang pecah, nah dari pecahan itu diperhalus sisi-sisinya biar gak kasar dan di buat sebulat mungkin, medianya adalah tanah. untuk permainan ini membutuhkan tanah yang cukup luas karena akan dibuat garis-garis dengan ukuran tertentu. panjangnya sekitar 7 meter dan lebar 150 cm. persegi panjang dibagi dua untuk diberi garis kotak-kotak, ukuran kotaknya sekitarnya 40 cm persegi ada yang lima buah kotak ada yang sampai tujuh kotak, semakin banyak kotaknya semakin sulit untuk menempatkan koin genting yang di lemparkan kedalam kotak.

Cara memainkannya: Anak berdiri di pangkal garis yang telah di buat tadi kemudian melempar koin genting tadi ke setiap kotak berulang-ulang, setiap anak melempar genting dari kotak yang pertama dan seterusnya harus melompati kotak yang ada gentingnya itu dan tidak boleh kena garis atau keluar dari kotak itu. kalau kena garis dan keluar kotak berarti gagal, dan giliran lawan yang melanjutkan.

4. Bancul

Bancul (istilah sunda) bahannya dari karet gelang yang banyak di jual dipasaran dan alat sebuah patok kaya tugu tapi kecil yang di tancapkan ke tanah tingginya sekitar 30 cm dari permukaan tanah.

Cara memainkannya : misalkan ada 3 orang, nah dari tiga orang itu iuran pasang misal 10 karet gelangnya, kemudian disatukan lalu di ikat dengan pariasi seperti cara untuk membentangkan karet Katepel, setelah selesai disatukan maka diadakan suit supaya lebih adil untuk mencari siapa yang pertama memainkan.

Setelah tahu siapa yang pertama akan tampil maka di ukurlah jarak dari penembak karet sampai patok tugu sebagai tempat masuknya karet yang di lempar tadi, jadi pemenangnya adalah siapa yang bisa memasukan ikatan karet gelang tadi ke patok tugu tadi. semakin lama permainan semakin seru dan jaraknya bisa dikurangi lagi.

5. Ucing Sumput (petak umpet)

Ucing sumput (istilah sunda) adalah permainan yang dimainkan banyak orang misalkan ada 10 orang, setelah berkumpul dimulai dengan suit, nah yang kalah suit dialah yang jadi kucingya.

Cara permainannya : yang kalah suit tadi kedua matanya ditutup beberapa menit, dan jangan dulu dibuka sebelum anak-anak lainnya bersembunyi, setelah dirasa sepi karna sudah pada sembunyi maka mulai proses pencarian, dan ini cukup memakan waktu karena harus menemukan yang sembilan orang tadi.

6. Poces (main kelereng)

Poces (istilah sunda) adalah permainan dengan kaleci (kelereng) kalo permainan ini memang sedikit umum diketahui baik anak-anak di pedesaan maupu oleh anak-anak di perkotaan.

Cara permainannya: dengan cara saling tembak atau centang (istilah sunda), model permainannya cukup beragam, dan permainan ini hanya dilakukan oleh anak laki-laki saja. pemenangnya adalah siapa yang paling banyak menembak dan kena pada kelereng lawan.

7. Rerebonan

Rerebonan adalah permainan yang cukup memakan energi dan tenaga, karena harus pintar-pintar berlari dan tidak terkena colekan tangan lawan, karena bila terkena colekan lawan berarti gugur jadi pemain otomatis jumlah dalam grup berkurang, bahan dasar permainannya ialah berupa lobang kecil di tanah, dan masing-masing grup harus mempertahankan atau menutup lobang itu jangan sampai di masuki kaki lawan.

Cara permainannya: membuat dua kelompok terdiri 5 orang minimal, tempat permainannya ditanah lapang harus ada jarak sekitar 10 meter antar lawan, setiap lawan harus memancing lawannya agar keluar dari kelompoknya, satu persatu keluar agar berharap kelompok lawan mengejar semakin banyak pancingan akan semakin besar peluang lawan pada keluar, dan otomatis yang menjaga lobang akan sedikit dan tersisa satu karena yang lain pada sibuk kejar mengejar.

Agar dapat membalas mengejar maka harus kembali dulu ke kelompoknya dan memasukan jempol kaki ke lobang, jika sudah maka dia balik mengejar. nah pemenangnya adalah siapa yang mampu memasukan jempol kakinya ke lobang lawan tanpa tersentuh tangan lawan.

8. Sasaungan

Sasaungan (istilah sunda) adalah membuat rumah-rumahan yang terbuat dari jerami padi yang sudah selesai dipenen, ketika saya dulu waktu sekolah dasar ini menjadi permainan yang menggembirakan waktu itu, karena dulu panen padi hanya setahun sekali, pada umumnya sawahnya tadah hujan hanya bisa menanam padi jika musim hujan tiba.

Maka setelah masa panen padi, pesawahan dibiarkan begitu saja bagaikan rumput-rumput liar padang ilalang, nah pada saat seperti itulah kesempatan terbaik bagi anak-anak desa menghabiskan waktu sore harinya di sawah dengan bermain sasaungan dengan sembari ngala simet (menangkap belalang) untuk pakan ayam dan burung.

9. Empet-empetan (peluit terbuat dari batang padi)

Empet empetan atau semacam peluit namun terbuat dari ruas batang padi yang sudah dipanen, dibelah-belah berongga agar dapat mengeluarkan angin supaya bersuara, panjangnya sekitar 5 cm, semakin pendek ukurannya semakin tinggi nadanya begitupun sebaliknya.

Permainan ini sangat ramai dilakukan oleh anak manakala waktu sore hari atau ketika libur sekolah.

10. Papanahan (jamparing)

Papanahan (istilah sunda) hampir sama dengan panahan yang ada diolah raga para atlet, hanya saja bahannya lebih sederhana, cuma mengandalkan bambu yang di belah lalu di perhalus setiap ujungnya agak diperuncing yang tengahnya di pertebal agar ketika di bentangkan tidak mudah patah, tali karetnya hanya terbuat dari karet gelang yang umum di jual dipasar-pasar.

11. Paparahuan (perahu dari sendal jepit bekas)

Paparuhuan (istilah sunda) adalah permainan di air sungai, biasanya dilakukan ketika musim kemarau karena airnya cukup jernih dan alirannya sedikit dan tidak membahayakan ketika main di sungai, bahan dasarnya dari bekas sendal jepit bekas yang sudah putus talinya.

Kemudian dikasih tiang-tiang dari bambu yang di belah kecil-kecil mirip seperti perahu layar pinisi, lalu di kasih tali-tali, dikasih bendera, pokoknya dipercantik sedemikian rupa.

12. Galah

Galah adalah permainan yang hampir mirip dengan permainan rerebonan cuman ini harus menjaga lingkaran agar tidak dimasuki oleh lawan.jadi harus ada orang yang menjaga lingkaran karena semua pemain harus ada dalam lingkaran. cara membuat garisnya cukup dengan rokrak (istilah sunda) untuk menggaris tanah berbentuk lingkaran.

13. Rorodaan

Rorodaan atau momotoran (istilah sunda) adalah permainan yang dimainkan oleh anak laki-laki, bahannyaer terbuat dari bambu yang ujungnya di belah untuk dimasukan sebuah roda, waktu itu rodanya masih terbuat dari kayu yang tengahnya dibolongkan dan dikasih laher, panjang bambu sekitar 1,5 meter

Cara permainannya: Bambu yang sudah di kasih roda itu dipanggul lalu di naiki oleh seorang dan berpijak pada batang kayu yang dimasukan ke dalam ruas bambu, kemudian di dorong sampai cukup lelah dan bergantian.

14. Kukudaan

Kukudaan (istilah Sunda) sejenis permainan seperti sedang menunggangi hewan kuda, bahan dasar pembuatannya terbuat dari pelepah pohon pisang yang di buat sedemikian rupa, ada kepala dan ekor nya, lalu di pakaikan tali agar bisa di lilitkan ke pundak seperti sedang bawa tas selendang, biasanya sambil nyanyi-nyanyian dan berjingkrak-jingkrak.

15.  Sisintiran (gasing)

Sisintiran sejenis permainan seperti main gasing, hanya saja untuk memutarkannya memakai gesekan tangan, bahan pembuatannya terdiri dari bambu yang dibelah-belah di perkecil dan di haluskan, bahan yang kedua adalah biji buah pohon Jambe (pinang), lalu di kasih bolong atas dan bawahnya agar bambu tadi bisa di masukan.

Cara permainannya: Telapak tangan dirapatkan dan bambu sintirnya di tengah lalu di gesekan berlawanan arah untuk memutarkan lalu lemparkan ke lantai atau tanah, yang paling lama putarannya dialah yang menang.

16. Kakatepelan

Kakatepelan (istilah Sunda) mirip dengan katepel pada umumnya, hanya saja kalau di perkampungan anak-anak memakai dahan pohon yang bercabang dua, biasanya dari pohon jambu agar lebih kuat ketika ditariknya, bahan pelontarnya dari karet untuk bahan celana training, bahan untuk menyimpan peluruhannya dari kulit hewan, ataupun yang kulit imitasi.

17. Susumpitan

Susumpitan sejenis senjata busur panah yang ditiup dengan mulut, tapi anak panahnya di masukan dulu ke ruas batang pohon padi, biasanya mencari yang ruasnya agak panjang, kalo panjang hentakannya lebih kuat dan daya dorongnya lebih jauh.

18. Bebedilan

Sejenis permainan senapan laras panjang yang terbuat dari batang pohon bambu, kemudian memakai (jujuluk) istilah Sunda untuk mendorong agar bisa menembakan peluru yang terbuat dari buah harendong.

19. Rarakitan

Rarakitan sejenis nampan perahu yang terbuat dari pohon pisang yang sudah di tebang, dua atau tiga buah batang di satukan dengan cara di tambat atau di tusuk sekalian ketiganya memakai bambu yang diruncingkan, bermainnya di aliran sungai kalo dulu kami biasanya di Lewi (istilah Sunda) muara sungai yang airnya agak dalam.

20. Lolorian

Lolorian adalah sejenis permainan seperti kereta atau perosotan, namun untuk jalan lintasannya ini terbuat dari batang pohon aren atau kelapa yang di sambung-sambung biar seperti rel-rel memanjang.

Cara memainkannya : Kita duduk di atas sebuah lori yang masih terbuat dari batang pohon aren yang di tusuk dengan dua buah bambu, yang disimpan di atas dua rel batang pohon aren tadi, relnya agak menurun dan di olesi dengan bekas minyak goreng agar licin dan dapat melaju berjalan.

21. Dam Daman

Permainan Dam Daman adalah permainan yang dibuat di atas papan yang dipotong, panjangnya kira-kira 40 cm, lalu diberi garis-garis bersilang, setiap pemain akan mempunyai yang namanya gunungan.

Cara memainkannya : Setiap lawan main kalau ingin menang harus melangkahi bidak-bidak yang berada diatas garis lawan, jika bidak lawan dilangkahi maka bidaknya di ambil, kalau tidak ingin di langkahi lawan maka harus berusaha menghindar dengan cara mundur kebelakang mencari celah gari s yang kosong dari bidak.

22. Kokoleceran (baling-baling)

Kokoleceran banyak di temui di perbukitan khusus yang berada didaerah pedesaan, main kokoleceran sama seperti baling-baling yang lurus memanjang. untuk kalangan anak-anak biasanya hanya terbuat dari bilah bambu yang dihaluskan sampai agak pipih panjangnya hanya sekitar 50 - 100 cm dan dimainkan saat banyak angin.

Untuk kalangan dewasa bahkan orang tua main kokoleceran merupakan sudah menjadi hobi, karena bentuk baling-balingnya juga sangat panjang dan harus memakai tiang yang banyak guna menahan terpaan angin, sebab bahan kolecernya juga terbuat dari kayu yang panjang bisa sampai 7-8 meteran bahkan lebih.

Semakin panjang kolecernya atau baling-balingnya semakin keras suara yang akan ditimbulkannya nanti sewaktu terkena terpaan angin yang kencang. Maka untuk mendapatkan angin yang kencang kolecernya atau baling-balingnya di dirikan di atas perbukitan denga tiang dari bambu yang berlapis.

Barangkali semua jenis permainan yang telah disebutkan di atas sekarang sudah sukar untuk di temui, bahkan nyaris hilang tenggelam di telan oleh kemajuan zaman. Generasi yang dulu riang ramai memenuhi pelataran sudut-sudut lahan pekarangan kosong, kini nyaris tinggal kenangan tergantikan dengan generasi dengan sebutan milenial.

Dulu dan sekarang hanyalah sebutan zaman, keduanya mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan, kebaikan dan keburukaan. Itu semua tergantung bagaimana cara pandang dan pemahaman. Barangkali itulah bahasan tentang cara bermain ala anak kampung zaman duluSemoga ada manfaatnya.

Post a Comment for "22 Alat Permainan Ala Anak Kampung (Zaman Dulu)"